Eks Penasihat KPK Tsani Annafari menyoroti pernyataan Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Ahmad yang mengatakan kepemimpinan KPK periode 2019-2024 babak belur. Tsani merespons pernyataan itu dengan bicara tentang politik panggung sandiwara.
“Kritikan dari deputi KSP ini menarik, karena datang dari lingkungan Istana. Tapi kita juga tahu politik itu seringkali panggung sandiwara belaka,” ujar Tsani dalam keterangan yang diterima, Sabtu (10/8/2024).
Tsani kemudian meminta publik mengawasi seluruh rangkaian pemilihan calon pimpinan KPK. Dia mengaku khawatir bila seleksi capim KPK ini dipenuhi dengan sejumlah kepentingan.
“Saya pribadi mengingatkan publik bahwa setiap tahapan seleksi itu penting untuk dicermati, dikawal dan bilamana perlu dikritisi. Karena di situlah tercermin ‘kepentingan’ apa yang sedang berjalan,” katanya.
Tsani sendiri mengaku ragu dengan tahapan proses seleksi capim saat ini. Dia kemudian menyoroti jumlah capim KPK yang lolos dalam tes tertulis.
“Sebagai contoh, kadang lebih mudah ‘menghilangkan’ kandidat tertentu di tes tertulis, karena sifat penilaiannya sangat subyektif, dan publik belum terlalu aware nama mereka. Dan saya melihat dari nama-nama yang muncul, terasa mulai ada semacam keraguan terhadap proses yang berlangsung,” ucapnya.
“Contoh kenapa harus pakai angka cantik 40 untuk jumlah yang lolos? Terasa agak ‘dikondisikan’ jumlahnya,” imbuhnya.
Meski begitu, dia berharap panitia seleksi (pansel) dan pemerintah serta DPR berkaca kepada pemilihan pimpinan KPK tahun 2019. Dia berharap para wakil rakyat bisa memilih pimpinan KPK yang benar demi masa depan pemberantasan korupsi Indonesia.
“Saya berharap, pansel, Istana dan DPR mengingat kembali apa yang terjadi di tahun 2019. Dan melihat apa akibatnya dalam 5 tahun ini bagi bangsa kita. Dipersepsi sebagai negara korup itu tidak murah dampaknya bagi pembangunan dan harga diri bangsa. Dan di situ kontribusi pansel, Istana dan DPR jelas nyata dan signifikan,” ucap Tsani.
Tsani berharap semua pihak yang memiliki kepentingan di balik proses seleksi capim KPK ini malu. Dia juga berpesan kepada pansel dan DPR memilih orang kompeten untuk memimpin lembaga antirasuah itu.
“Sebagai orang yang pernah menjadi bagian dari KPK, dan tahu betul bagaimana Istana dan DPR telah mengecewakan negeri ini dalam konteks KPK. Saya hanya ingin mengingatkan semua pemangku kepentingan dalam seleksi ini, bahwa jika Anda tidak punya malu, berbuatlah sekehendak hati dengan kuasa yang anda miliki, tapi ingatlah semua akan dimintakan tanggung jawab juga di hadapan rakyat dan Tuhan Yang Maha Kuasa,” tuturnya.
“Saya berpesan, jangan memberi kesempatan orang buruk dan inkompeten terpilih, karena itu seolah memberi kesempatan keburukan dan inkompetensi mewarnai KPK dan bangsa ini,” tambahnya.