Jakarta –
Ketum NasDem Surya Paloh berbicara soal penangkapan menteri koruptor yang dijadikan konsumsi masyarakat. Politisi PDIP Masinton Pasaribu menyebut persoalan korupsi memang belum diatasi dengan serius.
“Persoalan korupsi masih menjadi problem serius yang belum teratasi hingga saat ini. Belum ada upaya serius dan terukur membangun sistem pencegahan dan pengawasan dalam birokrasi pemerintahan tingkat pusat hingga daerah,” kata Masinton kepada wartawan, Senin (12/8/2024).
Masinton menyebut pemberantasan korupsi tak berjalan dengan benar lantaran tak ada pemimpin yang serius. Dia mengatakan pemberantasan korupsi tidak ada sinergitas.
“Agenda pemberantasan korupsi gagal dan berjalan tanpa arah dikarenakan tidak adanya kepemimpinan dalam menjalankan agenda pemberantasan korupsi seperti pencegahan, pengawasan dan penindakan,” katanya.
“Penindakan kasus korupsi berjalan sendiri-sendiri oleh berbagai instansi penegak hukum seperti KPK, Kejaksaan dan Kepolisian. Akibatnya setiap lembaga penegak hukum berlomba-lomba melakukan aksi tindakan hukum atas nama pemberantasan korupsi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Masinton juga berbicara soal pemberantasan korupsi kerap digunakan sebagai senjata politik.
“Lebih parah lagi pemberantasan korupsi dijadikan sebagai agenda terselubung dan senjata politik untuk mengintimidasi, menaklukkan dan membidik orang-orang tertentu. Ini lah problem utama kenapa agenda pemberantasan korupsi di Indonesia gagal total,” katanya.
Paloh Bicara Sensitivitas Korupsi
Surya Paloh menyinggung soal berita penangkapan menteri koruptor yang selalu menjadi konsumsi masyarakat RI. Paloh lantas mempertanyakan apakah bangsa merasa bangga dengan penangkapan tersebut.
“Dari mulai kearifan lokal, adat, istiadat, budaya yang kita miliki. Ini giften sebenarnya yang harus kita lihat dengan nilai positif. Jangan terus menerus kita hanya melihat si A ditangkap, si B masuk penjara, sudah capek kita di negeri ini tiap hari ini aja. Mampus nih bangsa ini. Tiap harinya, itu yang kita konsumsi. Kepala daerah ditangkap, menteri dikejar, ini ditangkap, itu. Bangsa apa ini? Bangga apa kita dengan itu?” katanya saat pembukaan Pameran Seni Indonesia Borderless di NasDem Tower, Jakarta Pusat.
Surya menyebut ketika terduga koruptor ditangkap, nilai sensitivitas dan empati pasti dikesampingkan. Sebab, kata dia, seorang koruptor dipandang sebagai orang yang jahat.
“Untuk dan atas nama pemberantasan korupsi, seakan-akan kita merasa paling hebat, dan tidak ada sensitivitas lagi, perasaan empati, kasihan, karena semuanya itu pasti orang jahat yang ditangkap. Terlepas dulu dia salah atau tidak salah. Salah kecil bisa jadi salah besar, tapi sisi lain salah besar bisa hilang juga,” imbuhnya.
(azh/idn)