Jakarta –
Muhammadiyah untuk pertama kalinya akan memproduksi film panjang bergenre biopik dengan judul Pancasila. Cerita utama dari film ini akan mengambil kisah Ki Bagus Hadikusumo.
Film ini dipimpin oleh sutradara kenamaan, Hanung Bramantyo. Rencananya film biopik ini akan dirilis pada Agustus 2025.
Adapun naskah film ini sudah diproduksi. Pada Kamis (15/8/2024) naskah film Pancasila dibacakan lewat teatrikal di PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat dengan disaksikan langsung oleh khalayak.
Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah Kiai Cepu mengatakan, film ini bertujuan mempelajari sejarah melalui media audio visual. Katanya belajar lewat audio visual akan menambah kesan lebih mendalam.
“Dengan belajar menggunakan film akan terasa lebih seru, keren, enak, asik,” kata Kiai Cepu kepada detikcom di PP Muhammadiyah, Kamis (15/8/2024).
Lewat film ini, Kiai Cepu berharap seluruh penduduk Indonesia mengetahui bahwa pembentukan negeri ini adalah kesepakatan bersama. Dia ingin film ini jadi pengingat bagi masyarakat di tengah Indonesia sedang lupa diri.
“Karena itu mengetahui jati diri Indonesia, pancasila bagi muhammadiyah adalah darul ahdi wa syahadah,” jelas dia.
Kiai Cepu menerangkan, film ini menceritakan tentang bagaimana negara ini didirikan dengan melibatkan tokoh-tokoh NU hingga Muhammadiyah. “Jadi Indonesia dan Pancasila didirikan ulama, ada syarikat islam, Muhammadiyah, NU, Kristen, katolik, jadi kalau begitu ini untuk mengingat bahwa kita adalah Bhineka Tunggal Ika lho, dan itu kita rawat bersama,” ucapnya.
Sementara itu, sutradara film Pancasila, Hanung Bramantyo mengaku dirinya ingin punya kontribusi terhadap Muhammadiyah. Dia ingin Muhammadiyah bisa berperan aktif untuk memberikan edukasi lewat film.
“Saya adalah anggota dari Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah, dan di dalam keanggotaan saya, saya ingin memberi kontribusi di bidang saya, untuk Muhammadiyah aktif di seni film dan audio visual. Bagi saya Muhammadiyah adalah organisasi terbesar di Indonesia dan umatnya banyak, dan banyak sekali anak muda pelajar dan butu asupan konten di sosmed mereka,” ungkapnya.
“Nah LSB itu harusnya bersikap proaktif khususnya buat film, konten media online, dan segala macam. Maka saya menawarkan Muhammadiyah untuk terlibat aktif lagi. Kalau dulu Muhammadiyah hanya mendukung film saya lewat Sang Pencerah, Ayat-ayat Cinta, sekarang Muhammadiyah harus memproduksi film sendiri,” sambung dia.
(aik/aik)