Sukabumi –
Puluhan makam keramat palsu di Sukabumi, Jawa Barat dibongkar. Makam-makam keramat palsu tersebut diduga dijadikan tempat praktik perdukunan.
Makam tersebut berlokasi di Kampung Cibolang, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Kemunculan makam keramat palsu tersebut menimbulkan kemarahan warga.
Dilansir detikJabar, makam keramat palsu ini terungkap setelah warga menemukan adanya makam-makan di kampung tersebut. Warga merasa resah dan khawatir keberadaan makam tersebut dimanfaatkan untuk praktik perdukunan.
“Kami sangat prihatin dengan temuan ini. Keberadaan makam-makam palsu ini bukan hanya meresahkan masyarakat, tapi juga berpotensi dimanfaatkan untuk praktik-praktik yang menyimpang,” kata Firman Nirwan Boestoemi, Ketua Paguyuban Padjajaran Anyar, dilansir detikJabar, Sabtu (24/8/2024).
Paguyuban Padjajaran Anyar turun tangan dan melakukan pemantauan. Hasilnya, ditemukan ada 41 makam keramat palsu tanpa batu nisan yang tersebar di area yang cukup luas di Desa Citepus.
“Kami akan terus memantau agar tidak ada lagi kejadian serupa di masa depan. Ini adalah bagian dari upaya kami menjaga kearifan lokal dan budaya yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang kita junjung,” tegas Firman.
Tak hanya pembongkaran makam palsu, kemarahan warga Desa Citepus juga memuncak pada sebuah padepokan yang diduga menjadi tempat aktivitas perdukunan. Ratusan warga menyerbu padepokan di Kampung Cibolang, Desa Citepus, dengan membawa palu, kapak, hingga balincong. Bangunan kayu yang diyakini sebagai pusat kegiatan pelaku pun dihancurkan.
Pengakuan Pembuat Makam Keramat Palsu
Jawi, sang pemilik menyebut lokasi yang dibuatnya itu hanyalah semacam petilasan para leluhur dan para ratu. Dia menampik adanya praktik perdukunan di area tersebut.
“Tidak ada masalah, secara prosedurnya saya belum pernah bawa orang, belum pernah ngajak orang. Saya cuman sendiri di sini,” kata Jawi, kepada detikJabar Jumat (23/8/2024).
Soal petilasan dijelaskan Jawi hanya sekadar tempat berziarah pribadinya, makam-makam dibuat untuk para leluhur atau karuhun.
“Kalau saya mah cuma ada beberapa petilasan Prabu Siliwangi, Ibu Ratu Sekar Jagat, Ibu Ratu Sekar Arum. Karena yang lainnya mah enggak tahu, terlalu jauh, kalau masalah bangunan itu tadinya juga sudah ada, saya mah enggak tahu, masuk ke sini saya izin dulu, karena saya ngontrak,” ungkap Jawi.
Baca selengkapnya di sini.
(mea/jbr)