Jakarta –
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengatakan angka kemiskinan ekstrem Indonesia telah turun menjadi 0,83%. Capaian ini sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2022.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Kemenko PMK, Nunung Nuryartono, di Gedung Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin (26/8/2024). Ia menuturkan target kemiskinan ekstrem yaitu berada pada rentang 0-1%.
“Kami dari Kemenko PMK ingin memberikan update bahwa empat bulan ke depan, sesuai dengan amanat Inpres (nomor) 4 tahun 2022, bahwa angka kemiskinan ekstrem 0%,” kata Nunung.
Dia menyebut penurunan beban, peningkatan pendapatan, serta pengurangan kantong kemiskinan menjadi 3 strategi pemerintah untuk mengurai kemiskinan ekstrem. Dia juga menyebut, kerjasama antar pemangku kebijakan juga diperlukan.
“Seiring dengan 3 strategi besar penurunan beban, peningkatan pendapatan, mulai berbagai program pemberdayaan dan pengurangan kantong kemiskinan, banyak daerah yang sudah mulai meningkatkan strategi yang kedua yaitu peningkatan pendapatan,” tuturnya.
“Karena memang untuk bisa mengurangi angka kemiskinan, kemiskinan ekstrem selain program pengurangan beban yang sudah dilakukan maka peningkatan pendapatan menjadi salah satu kunci utamanya. Dengan juga menggandeng berbagai pemangku kepentingan lainnya,” tambahnya.
Di lokasi yang sama, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono menjelaskan kemiskinan ekstrem terjadi di beberapa pulau di Indonesia. Pulau Jawa menjadi yang terbesar dengan jumlah penduduk miskin sebesar 13,24 juta orang.
“Kalau dilihat dari besarnya banyaknya penduduk miskin itu sebagian besar 52,49% di Jawa, di Sumatera 12,01%. Kontribusinya di Jawa itu 13,24 (juta orang) di Sumatera 15,55 (juta orang),” kata Ateng.
Di samping itu, ia juga menjelaskan angka kemiskinan esktrem berdasarkan lapangan kerja. Kata dia, pertanian menjadi sektor lapangan kerja yang didominasi oleh kemiskinan.
“Kalau kita lihat lapangan usahanya, ternyata miskin ekstrem itu naik sebagian besar. Hampir setengahnya miskin ekstrim bekerja di lapangan pertanian. Oleh karena itu prioritas utama otomatis di lapangan pertanian,” jelas Ateng.
(dnu/dnu)