Jakarta –
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Suharyanto, menyampaikan sejumlah antisipasi ancaman megathrust. Suharyanto mengatakan antisipasi itu ialah penguatan pusat pengendalian operasi atau pusdalops di 182 desa pinggir pantai hingga membangun fasilitas sirene.
Hal itu disampaikan Suharyanto dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2024). Suharyanto mengatakan antisipasi ancaman megathrust itu telah didiskusikan berulang kali di ruang publik.
“Upaya-upaya yang sudah dan sedang dilakukan BNPB, yang pertama yang sudah dilakukan di sepanjang Pulau Jawa ekspedisi desa tangguh bencana pada tahun 2019,” kata Suharyanto.
Suharyanto berharap tidak terjadi megathrust di wilayah Indonesia. Meski begitu, dia menyampaikan sejumlah upaya telah dilakukan oleh BNPB untuk menanggulangi megathrust.
“Yang pertama adalah membangun fasilitas sirene dan rambu evakuasi,” ujarnya.
“Penguatan pusdalops dengan sistem informasi kedaruratan yang didasari oleh pemetaan risiko dan evaluasi tsunami beresolusi tinggi, ada di 182 desa di pinggir pantai yaitu yang tempat-tempat yang diperkirakan akan ada megathrust dan 13 segmen megathrust,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada masyarakat terkait bahaya megathrust. Dia mengatakan diorama BNPB telah dikunjungi paling tidak 140 institusi pendidikan.
“Kami akan laksanakan rencananya dua hari lagi kita akan laksanakan apel kesiapsiagaan dan simulasi evakuasi mandiri, paling tidak tahap awal di 5 daerah, Banyuwangi, Cilacap, Pangandaran, Pandeglang, Kepulauan Mentawai,” jelasnya.
“Ini kami laksanakan di beberapa titik-titik yang menurut prediksi BMKG bisa terjadi tsunami dengan skala megathrust,” imbuh dia.
(amw/rfs)