Komisi X DPR RI prihatin dengan dugaan kasus siswa SMA memperkosa siswa SMP dan ditonton oleh anak SD di Demak, Jawa Tengah. Komisi X DPR memberikan catatan kritis terkait kasus asusila pada anak ini.
“Munculnya kasus persetubuhan pelajar SMA inisial R (17) dan pelajar M (14) yang disaksikan lima anak lain di Demak, Jawa Tengah menjadi red alert, peringatan keras, jika kondisi anak-anak peserta didik kita sedang tidak baik-baik saja,” kata Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda kepada wartawan, Minggu (29/9/2024).
“Peristiwa ini seolah menambah panjang deretan kekerasan seksual yang dilakukan anak usia sekolah. Sebelumnya juga kita dikejutkan dengan pemerkosaan yang dilakukan empat anak usia sekolah di Palembang,” imbuhnya.
Huda mendorong adanya upaya yang serius dalam menangani kasus asusila yang terjadi pada anak di bawah umur ini. Huda mendesak agar dilakukan perbaikan secara menyeluruh.
“Kami mendesak ada upaya serius dari pemerintah untuk mencari akar masalah kenapa anak-anak kita saat ini seolah begitu mudah melakukan tindakan amoral. Bahkan mereka tidak malu melakukan hal tersebut di hadapan orang lain. Seolah ada anggapan jika melakukan kekerasan seksual merupakan suatu ‘pencapaian’,” kata Huda.
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda (Adrial/detikcom)
|
Desak Pemerintah Batasi Akses Gadget Anak
Lebih lanjut, Huda meminta adanya pembatasan akses gadget bagi anak. Menurutnya, pemerintah harus segera mengeluarkan aturan mengenai pembatasan itu.
“Kami mendesak pemerintah untuk serius mengeluarkan aturan batasan umur penggunaan gadget bagi anak-anak. Aturan ini dalam pandangan kami sangat urgen karena seringkali dalam banyak kasus anak-anak melakukan hal-hal di luar batas kewajaran karena terinspirasi dari konten-konten media sosial. Aturan batasan umur penggunaan gadget di berbagai negara lain telah diterapkan mengingat pengaruhnya yang begitu luar biasa bagi tumbuh kembang anak-anak dan kaum remaja,” jelasnya.
5 Catatan Dede Yusuf
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X dari F-Demokrat, Dede Yusuf, prihatin dengan kasus pemerkosaan anak SMP yang disaksikan oleh 5 anak SD di Demak ini. Dede menyebut kejadian yang sama terus saja berulang.
“Agak prihatin sekali saya mendengar cerita-cerita seperti ini berulang dan berulang. Ketika anak-anak yang masih di bawah umur dengan mudahnya melakukan perbuatan-perbuatan yang di luar kewajaran,” kata Dede Yusuf dihubungi terpisah.
Dede kemudian memberikan 5 catatan yang harus dijadikan atensi bagi pemerintah. Pertama, Dede menekankan tentang pendidikan karakter.
“Apakah pendidikan karakter kita ini sudah tertinggal atau sengaja ditinggalkan? Kedua, peran orang tua yang sibuk, kurang waktu untuk mengontrol perilaku anak-anaknya di luaran,” kata Dede Yusuf.
Dede Yusuf Macan Effendi (Foto: dok.istimewa)
|
Ketiga, Dede minilai guru disibukkan dengan metode-metode pembelajaran dan pelaporan administrasi. Hal ini, kata, dia membuat guru lupa untuk aktif berkomunikasi dengan siswanya.
“Yang keempat, sekolah lupa pada tugas dan fungsinya bukan hanya sekedar memberikan pendidikan tapi juga memberikan rasa aman berada di sekolah. Ini penting sekali karena jangan sampai sekolah malah menjadi tempat yang tidak aman bagi tumbuh kembang seorang anak,” jelas Dede Yusuf.