Tangerang –
Pasangan suami istri (pasutri) yang sudah berusia lanjut ditemukan meninggal dunia di Cipondoh, Kota Tangerang. Polisi menyebut si suami berinisial BK (70) lebih dulu membunuh istrinya, RB (60), baru kemudian mengakhiri nyawanya sendiri.
Kedua jenazah itu lantas diautopsi. Apa hasilnya?
“Terdapat perbedaan waktu meninggalnya kedua jasad tersebut, yang mana jasad perempuan diduga lebih dahulu meninggal dengan berselang satu hingga dua hari dibandingkan jasad laki-laki,” kata Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho kepada wartawan, Kamis (3/10/2024).
Kesimpulan itu disebut Kombes Zain didapat dari pemeriksaan autopsi oleh ahli kedokteran forensik RSUD Kabupaten Tangerang dr Liauw Djai Yen, Sp.F. Saat ini polisi masih mengumpulkan data terkait untuk penyelidikan kasus ini.
Pembunuhan dan Bunuh Diri
Pasutri lansia itu awalnya ditemukan dalam kondisi sudah membusuk pada Kamis, 5 September 2024. Posisi keduanya berada di dalam rumah di Cipondoh, Kota Tangerang yaitu si istri di tempat tidur dengan 42 luka tusukan, sedangkan si suami berada di atas kursi dengan 8 luka tusukan. Sejak saat itu polisi melakukan penyelidikan dan mendapati bahwa si suami terlebih dulu membunuh istrinya sebelum akhirnya bunuh diri menggunakan pisau.
Kombes Zain mengatakan di dekat jasad si suami terdapat 2 pisau. Sidik jari yang tertempel di 2 pisau itu dipastikan identik dengan si suami.
“Dari hasil pemeriksaan labfor, ditemukan ada sidik jari yang identik dengan DNA suaminya,” ucap Kombes Zain.
Motif
Kombes Zain mengatakan timnya turut menggandeng ahli psikologi forensik untuk mengungkap latar belakang kasus ini. Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Nathanael EJ Sumampouw yang keterangannya disampaikan Kombes Zain mengungkapkan tentang psikologis negatif pada si suami. Kondisi psikologis negatif inilah yang kemudian melatarbelakangi si suami, BK, melakukan pembunuhan terhadap RB dan kemudian berakhir bunuh diri.
“Motifnya ketidakharmonisan rumah tangga. Bunuh diri yang dilakukan BK dengan motif beban psikologis karena masalah kesehatan dan masalah finansial,” kata Kombes Zain.
(mei/dhn)