Flores Timur –
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki dari level III menjadi IV atau ‘Awas’. Warga dilarang berada di radius 7 Km dari gunung.
Perubahan status tersebut terhitung sejak Minggu, (3/11) pukul 24.00 Wita. Gunung api yang terletak Kabupaten Flores Timur, NTT, itu mengalami kenaikan kegempaan vulkanik.
Gunung tersebut mengalami erupsi pada Minggu tengah malam. Letusan berlangsung selama 1.450 detik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur menyebut sembilan orang tewas akibat letusan itu. Mereka berasal dari Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang.
Erupsi pada gunung berketinggian 1.584 mdpl itu berdampak ke sejumlah desa di tiga kecamatan. Terdapat enam desa terdampak di Kecamatan Wulanggitang, yaitu Desa Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru dan Boru Kedang.
Pada Kecamatan Ile Bura, sebanyak empat desa terdampak, yaitu di Desa Dulipali, Nobo, Nurabelen dan Riang Rita, sedangkan di Kecamatan Titehena berpengaruh pada empat desa, yaitu Desa Konga, Kobasoma, Bokang Wolomatang dan Watowara. BNPB mengatakan ada 2.734 KK atau 10.295 jiwa yang terdampak, dengan rincian di Kecamatan Wulanggitang 2.527 KK/9.479 jiwa dan Ile Bura 207 KK/ 816 jiwa.
Saat ini Masyarakat Desa Dulipali dan Desa Lewolaga, serta pemerintah Desa Lewolaga sudah menyiapkan tempat sekolah sebagai lokasi pengungsian. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Flores Timur telah memperpanjang status siaga darurat bencana Gunung Lewotobi Laki-laki hingga 96 hari, terhitung pada 27 September hingga 31 Desember 2024.
BNPB mengatakan PVMBG telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi terkait status awas gunung tersebut. Berikut rekomendasi lengkapnya:
1. Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 7 km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki serta sektoral 7 km pada arah Utara-Timur Laut dan 7 Km pada sektor Timur Laut.
2. Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya.
3. Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
4. Masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-laki memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan.
5. Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
(haf/imk)