Jakarta –
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan informasi seputar bencana hidrometeorologi. Menurut BMKG, bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti angin, curah hujan, kelembapan, dan temperatur.
Bencana hidrometeorologi yang terjadi di suatu wilayah dapat menyebabkan kerusakan. Lalu, apa saja contoh bencana hidrometeorologi? Simak ulasan di bawah ini.
Dilansir situs BMKG, hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Contoh bencana hidrometeorologi adalah sebagai berikut.
- Kekeringan
Ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan juga dapat diartikan sebagai defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu. - Badai Petir
Badai lokal yang dihasilkan oleh awan Cumulonimbus, biasanya disertai kilat dan guntur. - Puting Beliung
Angin kencang yang datang secara tiba-tiba, berpusat, dan bergerak seperti spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi. Biasanya, akan hilang dalam waktu singkat. - Banjir
Peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi sebagai limpahan air dari sungai, danau, atau laut, di mana air melewati atau memecah tanggul, yang mengakibatkan air keluar dari batas. - Angin Kencang
Naiknya kecepatan angin lebih dari 27,8 km/jam dari wilayah dengan tekanan udara yang lebih tinggi ke wilayah dengan tekanan udara yang lebih rendah. Angin yang tercipta dari area udara yang dingin, kemudian mencapai permukaan tanah, dan menyebar ke segala arah memproduksi angin kencang. - Longsor
Gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan penyusun lereng. Tanah longsor dapat dipicu oleh hujan lebat, gempa bumi, lereng miring untuk membangun jalan, dan lain-lain.
Dampak Bencana Hidrometeorologi
Berikut sejumlah dampak akibat bencana hidrometeorologi.
- Sektor Sarana dan Prasarana Permukiman
– Tingginya curah hujan dapat berdampak pada rusaknya sarana dan prasarana umum, yang disebabkan dari bencana banjir dan tanah longsor. - Sektor Kesehatan
– Tingginya curah hujan turut menaikkan tingkat kembang biak bakteri dan virus, sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit, seperti flu, diare, DBD, tipes, malaria, leptospirosis penyakit kulit, dan sebagainya. - Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan
– Untuk sektor lingkungan hidup dan kehutanan, bencana hidrometeorologi dapat menyebabkan dampak yang baik berupa potensi melimpahnya air hujan maupun dampak yang kurang baik, seperti kekeringan karena kurangnya air. - Sektor Pertanian dan Perkebunan
– Curah hujan yang terlalu tinggi dapat memberikan dampak gagal panen bagi berbagai jenis komoditas pertanian maupun perkebunan. - Sektor Transportasi
– Tingginya curah hujan dapat memberikan dampak pada kegiatan di sektor transportasi, seperti terhambatnya lalu lintas dikarenakan banjir di berbagai wilayah. - Sektor Pariwisata
– Bagi sektor pariwisata, dampak yang timbul akan menyesuaikan karakteristik wilayahnya. Pariwisata di sekitar pegunungan perlu waspada tanah longsor, sedangkan di wilayah perairan perlu waspada tingginya gelombang laut.
(kny/imk)