5 Faktor Utama Penyebab Burnout di Tempat Kerja, Waspadai Sebelum Terlambat! (Foto: Freepik)

JAKARTA – Belakangan ini, isu burnout atau kelelahan mental di kalangan pekerja kembali menjadi sorotan publik. Salah satu kasus yang ramai diperbincangkan adalah kasus Arya Daru, seorang pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang mengungkap tekanan pekerjaan berat hingga berdampak pada kondisi mentalnya. Kisah Arya menjadi bukti nyata bahwa burnout bukan sekadar lelah biasa, tetapi kondisi serius yang bisa menimpa siapa saja, terutama di lingkungan kerja yang penuh tuntutan.

Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya kita memahami penyebab burnout agar dapat mengenali tanda-tandanya lebih awal dan mengambil langkah pencegahan. Apalagi, di era modern seperti sekarang, batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sering kali kabur, sehingga risiko burnout makin meningkat.

Menurut dr. Bianda Adeti Patriajaya, Sp.KJ., MARS, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dalam wawancaranya bersama Okezone, penyebab burnout bersifat kompleks.

“Faktor penyebab burnout itu banyak karena sifatnya multifaktorial. Bahkan, sering kali tumpang tindih,” jelasnya.

Meski begitu, dr. Bianda menekankan bahwa ada lima faktor utama yang paling sering menjadi pemicu burnout pada para pekerja. Berikut ini uraiannya:

1.      Beban Kerja yang Berat dengan Waktu yang Panjang

Menurut dr. Bianda salah satu masalah utama yang menyebabkan pekerja mengalami burnout adalah beban kerja yang berat disertai waktu kerja yang panjang. Tak jarang, jam kerja berlangsung di luar batas waktu yang seharusnya, sehingga pekerja memiliki waktu istirahat yang sangat minim. Hal ini menyebabkan stres karena jadwal harian menjadi berantakan dan tidak ada cukup waktu untuk menyelesaikan urusan pribadi. Ketika ritme kehidupan terganggu dan pikiran mulai kacau, burnout pun tak dapat dihindari.

2.      Kurangnya Ruang Kontrol atas Pekerjaan

Burnout juga dapat dipicu oleh minimnya kontrol terhadap pekerjaan yang dijalani. Ketika seseorang tidak diberi ruang untuk mengambil keputusan atau tidak dilibatkan dalam proses kerja yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, rasa frustrasi dapat muncul. Ketidakmampuan mengatur ritme kerja sendiri serta terbatasnya kendali atas tugas yang dikerjakan membuat individu merasa tidak berdaya, yang pada akhirnya memperbesar risiko burnout.

 



Source link

Share.