5 Hikmah dan Tips di Balik Datangnya Musibah (Ilustrasi/Freepik)

    JAKARTA – Di balik datangnya musibah, ada hikmah yang dapat dipetik umat Islam. Pada saat itulah, kaum muslim dituntut untuk sabar dan ikhlas dalam menghadapinya.

    Para ulama menjelaskan, di balik musibah terdapat hikmah yang bisa dipetik pelajarannya. Selain itu, ada tips yang bisa menjadi penawar untuk memberikan ketenangan batin. 

    Melansir laman Kemenag, Kamis (11/9/2025), di antara ulama yang menjelaskan hal tersebut adalah Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, sebagaimana ia ungkapkan dalam kitab Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, (Beirut, Muassasah Ar-Risalah: 1998) juz IV, halaman 173-176.

    Ibnu Qayyim dalam kitab tersebut menjelaskan, setidaknya ada 5 hikmah dan tips dalam menghadapi sebuah musibah yang menimpa umat Islam, sebagaimana berikut ini:

    1. Semuanya Titipan Allah

    Ketika seorang muslim mendapat musibah, mestinya meyakini jiwa raganya, hartanya, maupun keluarganya adalah titipan dari Allah SWT. Karena itu, ketika semuanya diambil kembali oleh Allah, hal demikian ibarat seorang pemberi pinjaman yang mengambil kembali barang miliknya dari orang yang meminjam.

    Semua yang dimiliki pada mulanya berawal dari tidak ada dan pada akhirnya akan kembali menjadi tidak ada. Karena itu, kehilangan sesuatu seharusnya dipandang sebagai hal yang wajar, sebagaimana keadaan sebelum ia memilikinya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 155:

    اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

    Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

    2. Senang dan Sedih Sewajarnya

    Sebagaimana diketahui, manusia saat lahir ke dunia ini tidak membawa apa-apa. Pada akhirnya ia akan kembali kepada Allah dalam keadaan tidak membawa apa-apa, kecuali amal perbuatannya. Karena itu, ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan atau menyedihkan mestinya disambut dengan sewajarnya karena semua itu akan datang silih berganti dan pada akhirnya akan kembali hilang.

     



    Source link

    Share.