5 Tujuan Orang Doyan Flexing di Media Sosial Menurut Para Ahli (Foto: Freepik)












JAKARTA – Lima tujuan orang doyan flexing di media sosial menurut para ahli. Flexing (pamer) di dalam media sosial sekarang telah menjadi sebuah tren di kalangan Gen Z.

Fenomena flexing muncul diawali dengan gaya hidup konsumerisme dan hedonisme di masyarakat modern, di mana flexing dipandang sebagai strategi untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi (sosial climbing). Menariknya, hal ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat kelas atas, melainkan juga oleh kelas menengah bahkan kelas bawah.

Penelitian menunjukkan bahwa flexing bukan sekadar pamer barang, melainkan bagian dari simbol sosial. Ia bisa menjadi candu, mendorong perilaku konsumtif, memunculkan FOMO (Fear of Missing Out), hingga berpotensi menurunkan empati sosial.

Lantas, apa sebenarnya tujuan orang-orang doyan flexing di media sosial? Berikut penjelasan para ahli:

  • Mencari Pengakuan dan Status Sosial

Flexing sering dilakukan sebagai cara untuk memperoleh pengakuan dari orang lain. Dengan memamerkan kekayaan atau pencapaian, seseorang berharap dianggap lebih sukses, lebih keren, atau lebih berkelas di lingkungannya.

  • Membangun Citra dan Kehormatan

Menurut kajian fungsionalisme struktural, flexing memiliki fungsi simbolik, yaitu untuk membentuk martabat sosial dan kehormatan. Dalam banyak kasus, flexing bukan hanya soal harta, tetapi soal citra diri yang ingin ditampilkan di ruang publik.

  • Menjadi Bagian dari Tren dan Menghindari FOMO

Media sosial membuat flexing semakin mudah diakses dan ditiru. Banyak orang merasa perlu ikut pamer demi tidak ketinggalan tren. Fenomena FOMO ini memicu perilaku konsumtif yang berlebihan hanya agar tetap relevan dengan lingkaran sosialnya.

 



Source link

Share.