7 Makanan yang Tidak Baik untuk Perkembangan IQ Anak (Foto: Freepik)
JAKARTA – Tujuh makanan yang tidak baik untuk perkembangan IQ anak. Banyak orang tua berusaha memberikan nutrisi terbaik untuk buah hatinya demi tumbuh kembang yang optimal. Namun, tanpa disadari, beberapa makanan yang terlihat “aman” justru berpotensi menghambat perkembangan otak anak. Berbagai penelitian membuktikan, pola makan yang tidak tepat di usia pertumbuhan dapat memengaruhi fungsi kognitif, memori, hingga tingkat kecerdasan anak di masa depan.
Kecerdasan anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik dan stimulasi belajar, tetapi juga oleh asupan gizi sehari-hari. Peneliti dari University of Illinois menemukan bahwa anak-anak yang sering mengonsumsi gula tambahan dan makanan olahan cenderung memiliki kemampuan fokus dan memori yang lebih rendah dibanding mereka yang mengonsumsi makanan sehat. Hal ini diperkuat oleh kajian dari Frontiers in Nutrition yang mengungkap adanya hubungan antara diet tinggi lemak jenuh dan gula dengan penurunan volume hippocampus, bagian otak yang berperan penting dalam proses belajar.
Berikut adalah 7 jenis makanan yang perlu diwaspadai karena dapat menghambat kecerdasan anak:
1. Makanan dan minuman tinggi gula (refined sugar dan added sugar)
Konsumsi gula halus berlebih, seperti yang terdapat pada permen, minuman bersoda, atau jus kemasan, dapat memicu gangguan pada fungsi eksekutif otak anak. Dikutip dari ScitechDaily, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun yang mengonsumsi lebih banyak camilan manis dan makanan olahan cenderung mengalami kesulitan pada aspek-aspek dasar fungsi eksekutif, seperti pengendalian diri, memori kerja, serta keterampilan perencanaan dan organisasi.
2. Makanan cepat saji
Burger, kentang goreng, dan makanan olahan pabrik umumnya mengandung lemak jenuh, natrium, serta zat aditif yang dapat mengganggu fungsi sel otak. Dalam jurnal Frontiers in Public Health, para peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan (ultra-processed foods/UPFs) sejak masa awal kehidupan dapat menghambat perkembangan kognitif anak dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental jangka panjang, termasuk gangguan neurodevelopmental seperti ADHD dan ASD.