UNIFIL merinci bahwa sejak November 2024 telah terjadi sekitar 7.500 pelanggaran udara serta 2.500 pelanggaran darat di utara Garis Biru di dalam wilayah Lebanon.
“Ketenangan yang rapuh berlaku di sepanjang Garis Biru,” tulis UNIFIL, seperti dikutip dari Middle East Monitor pada Sabtu, 22 November 2025.
Garis Biru sendiri merupakan garis penarikan Israel dari Lebanon pada tahun 2000. Untuk menjaga situasi tetap terkendali, UNIFIL bekerja sama dengan tentara Lebanon melakukan patroli harian guna mencegah eskalasi dan memulihkan stabilitas di Lebanon selatan.
Badan tersebut juga melaporkan telah menemukan lebih dari 360 gudang senjata terbengkalai yang kemudian diserahkan kepada tentara Lebanon.
Pemerintah Lebanon sebelumnya menyetujui rencana militer agar seluruh kepemilikan senjata berada sepenuhnya di bawah kontrol negara. Namun, Hizbullah tetap menolak menyerahkan persenjataannya.
UNIFIL turut menyoroti aksi terbaru Israel yang membangun tembok baru di dalam wilayah Lebanon, dekat Garis Biru.
“Sebuah tembok beton berbentuk T didirikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di barat daya Yaroun. Survei memastikan tembok itu menerobos Garis Biru, membuat 4 ribu meter persegi teritori Lebanon tidak bisa diakses oleh warga,” ujar UNIFIL.
Pembangunan struktur tersebut disebut sebagai pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 serta kedaulatan Lebanon.
Sementara itu, pihak Israel membantah tudingan tersebut dan mengklaim bahwa tembok itu dibangun pada 2022 sebagai bagian dari rencana yang lebih luas.

