Badai kategori 5 tersebut membawa hujan dengan intensitas sekitar 76 sentimeter dan memicu banjir serta longsor.
Menteri Kesehatan Jamaika, Christopher Tufton, menyatakan sembilan kasus leptospirosis telah terkonfirmasi antara 30 Oktober hingga 20 November, dengan 28 kasus tambahan masih dicurigai.
“Wabah ini terjadi setelah badai berlalu, yang telah menciptakan kondisi yang meningkatkan risiko paparan terhadap air dan tanah yang terkontaminasi.” katanya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 22 November 2025.
Penyakit ini menyebar melalui air atau tanah yang tercemar urine hewan, terutama tikus, dan dapat masuk lewat luka kulit maupun mata, hidung, dan mulut.
Gejala awal sering menyerupai flu, namun infeksi dapat berkembang menjadi kondisi fatal seperti gagal ginjal, kerusakan hati, meningitis, dan pendarahan internal.
Tufton menegaskan bahwa banjir pascabadai menciptakan kondisi yang memperbesar risiko penularan.
Kerugian akibat Badai Melissa diperkirakan mencapai 10 miliar Dolar AS dan merusak nyaris 200.000 bangunan, termasuk sektor penting pariwisata dan pertanian.

