Serangan itu disebut sebagai salah satu penculikan massal terbesar yang pernah terjadi di negara yang dilanda konflik kekerasan tersebut. Juga merupakan ketiga kalinya terjadi dalam sepekan.
“Kami mencatat 303 murid dan 12 guru, laki-laki maupun perempuan, yang diculik,” kata Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) dalam pernyataannya, seperti dikutip dari TIME, Minggu, 23 November 2025.
Pada Senin, 25 siswi Muslim diculik dari sebuah sekolah di Kebbi, dalam serangan bersenjata yang menewaskan wakil kepala sekolah. Di hari yang sama, 64 warga juga diculik dari rumah mereka di Negara Bagian Zamfara.
Sehari kemudian, serangan terhadap Gereja Christ Apostolic di Kwara disiarkan langsung, menewaskan dua orang dan membuat lebih dari 30 orang hilang.
“Para penculik meminta sekitar 69.000 dolar AS per orang,” ujar seorang pejabat gereja.
Penculikan massal terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap pemerintah Nigeria, terutama setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa ia akan mengirim pasukan militer ke Nigeria jika kekerasan terhadap umat Kristen terus berlanjut.
Pemerintah Nigeria menolak pernyataan itu, namun gelombang penculikan terbaru diyakini akan menambah tekanan politik.
“Saya telah mengarahkan aparat keamanan untuk bertindak cepat dan tegas,” kata Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu sebelumnya di platform X.
Menurut para ahli, motivasi serangkaian penculikan ini tidak sepenuhnya berkaitan dengan agama. Laporan Africa Center for Strategic Studies mencatat peningkatan tajam aksi penculikan oleh kelompok kriminal yang dikenal sebagai bandits.
Mereka kini mengincar sekolah-sekolah karena pengamanan yang lemah dan potensi tebusan dalam jumlah besar.
“Kami bekerja sama dengan pemerintah dan aparat keamanan agar anak-anak kami segera diselamatkan dan pulang dengan selamat,” ujar Ketua CAN Niger, Pendeta Bulus Dauwa Yohanna.

