SPPG yang berada di bawah naungan Yayasan Karya Nyata Peduli Kasih baru berjalan sekitar sebulan dan membuahkan hasil memuaskan.
“Jadi kenapa kita bisa zero incident? Itu kita menerapkan SOP dari BGN. Seperti masalah higienis, kebersihan lingkungan, alat-alat yang digunakan, sampai dengan penjamah makanannya. Itu mereka harus menjalankan SOP dengan ketat. Jadi kita tidak sembarangan,” kata Kepala SPPG Dramaga Ciherang, Fatirudin kepada RMOL, Jumat, 21 November 2025.
Namun, ia menuturkan dalam menjalankan operasional untuk memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi 2 ribu lebih siswa, awalnya penuh dengan kendala.
“Di awal itu kita kesulitan mencari penerima manfaat. Karena ada beberapa sekolah itu yang sudah MOU dengan SPPG lain, seperti itu. Cuma ya kita cari lagi penerima manfaat yang belum MOU dengan SPPG. Itu aja sih paling tantangan di awal itu,” jelasnya.
Senada, Wakil Ketua Yayasan Karya Nyata Peduli Kasih sekaligus pembina SPPG, Rambe menyatakan beberapa kendala menjadi mitra BGN dalam pemenuhan MBG.
“Hambatan yang paling utama itu mungkin hanya di permodalan ya. Pada intinya kita sudah lolos, sudah menyatakan dan kita sudah bisa beroperasional. Walaupun kemarin pernah sempat rollback, turun status ya,” ucap Rambe.
“Karena kan kita mandiri, mitra mandiri yang dimana semua permodalan itu kita yang membiayai sendiri. Untuk ke depan, saya rasa karena sudah ada yang berjalannya, paling kita tinggal memperbaiki apa yang masih kurang-kurang di dapur, karena kita sebagai partner BGN,” tambahnya.
Kini, SPPG yang dikelolanya layak menjadi percontohan bagi SPPG-SPPG lain khususnya di Kabupaten Bogor karena penerapan standar yang baik demi kesuksesan program MBG.

