Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Said Abdullah, menegaskan bahwa gelaran Red Talk di Surabaya menjadi momentum penting bagi partainya untuk memperbarui strategi politik, komunikasi, dan program kerakyatan berbasis data serta aspirasi publik.
Menurut Said, Red Talk menghadirkan potret jujur tentang aspirasi masyarakat Jawa Timur hari ini-mulai dari tekanan ekonomi, kebutuhan generasi muda, hingga tuntutan publik atas integritas dan rekam jejak nyata partai politik.
“Acara ini memberi kami peta yang jelas tentang arah suara rakyat. PDI Perjuangan Jawa Timur harus menata ulang strategi berdasarkan data, bukan sekadar insting politik. Rakyat ingin kedekatan, kejelasan program, dan kepemimpinan yang mampu menghadirkan keberpihakan nyata,” ujar Said dikutip Senin (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Red Talk bertajuk Suara Muda untuk Jatim dihadiri berbagai perwakilan organisasi dan komunitas anak muda, serta sejumlah tokoh seperti budayawan Sujiwo Tejo, Presiden BEM FISIP Unair Irfan Yasin, petani milenial Ahmad Lafilian, pegiat media sosial Natasha Keniraras, dan akademisi Airlangga Pribadi, Yohan Wahyu, serta Dr. Suko Widodo. Said menyebut besarnya partisipasi publik menunjukkan PDI Perjuangan adalah partai yang terbuka terhadap kritik.
“Kami perlu mendengar suara anak anak muda. Pandangan mereka tentang PDI Perjuangan, termasuk berbagai kebijakan publik yang berimplikasi pada kehidupan mereka sehari hari,” kata Ketua Banggar DPR RI itu.
Citra Tinggi dan Tantangan Regenerasi
Dalam acara tersebut, Litbang Kompas memaparkan sejumlah temuan penting terkait basis elektoral PDI Perjuangan di Jawa Timur. Citra partai berada di angka 57,5 persen atau lebih tinggi dari nasional, sementara tingkat loyalitas pemilih mencapai 88,2 persen-salah satu yang tertinggi di Indonesia. Namun, komposisi pemilih masih didominasi Gen X dan Baby Boomers (54,3 persen), sedangkan proporsi pemilih muda baru 35,7 persen.
Said menyebut kondisi ini sebagai modal besar namun sekaligus peringatan strategis. “Pemilih senior setia, tetapi masa depan politik berada di tangan pemilih muda. Regenerasi pemilih harus dipersiapkan dengan cara yang tepat,” katanya.
(inh)

