Menurut analisis pasar yang dihimpun redaksi, pendorong tersebut adalah;
1. Kenaikan pada Sektor Energi dan Teknologi Mengangkat IHSG
Lonjakan sektor energi (1,64 persen) dan teknologi (1,88 persen) menjadi penopang utama laju IHSG. Penguatan ini biasanya berkaitan dengan kenaikan harga komoditas global dan optimisme terhadap emiten teknologi yang sensitif terhadap sentimen likuiditas pasar. Sektor cyclical juga naik signifikan (2,32 persen), menandakan minat investor kembali mengarah pada saham-saham berisiko.
2. Arus Beli yang Masuk Cukup Lebar
Jumlah saham yang menguat jauh lebih banyak dibandingkan yang melemah (351 vs 270), menunjukkan rotasi dana terjadi secara merata. Aktivitas transaksi besar pada BRMS, BREN, dan INET menandakan saham-saham berkapitalisasi menengah dan sektor berbasis sumber daya masih menjadi fokus pelaku pasar.
3. Dukungan Pasar Global yang Kondusif
Biasanya, penguatan indeks Asia pada awal pekan turut memberikan sentimen positif bagi IHSG. Optimisme terkait potensi pelonggaran kebijakan moneter global serta stabilnya nilai tukar rupiah sering menjadi pemicu arus modal asing, meski data sesi I hari ini belum menampilkan detail net foreign flow.
4. Minim Tekanan Jual dari Sektor Keuangan
Sektor keuangan yang naik tipis (0,18 persen) cukup membantu menjaga stabilitas IHSG. Sektor ini memiliki bobot besar dalam indeks, sehingga meski tidak melonjak, stabilitasnya menjadi fondasi bagi kenaikan indeks secara keseluruhan.
5. Prospek Sesi II: Peluang Melanjutkan Penguatan
Dengan struktur penguatan yang merata dan tidak bergantung pada satu sektor saja, IHSG memiliki peluang melanjutkan reli di sesi II. Namun, pelaku pasar tetap perlu mencermati pergerakan bursa regional jelang penutupan, sentimen nilai tukar Rupiah, potensi profit taking, mengingat IHSG sempat menyentuh level atas di 8.487
Secara umum, prospek IHSG pada perdagangan hari ini masih berada pada fase bullish intraday selama mampu bertahan di atas area support 8.430–8.450.

