Menurut Anies, kejadian bertubi-tubi ini bukan sekadar peristiwa alam biasa, tetapi cermin besar bagi manusia yang kerap memperlakukan bumi tanpa etika.
“Di saat seperti inilah kita perlu kembali menguatkan semangat saling bantu, warga jaga warga,” tulis Anies lewat akun X miliknya, Jumat, 28 November 2025.
Ia menegaskan kerusakan yang kini tampak nyata di darat dan di laut merupakan konsekuensi dari ulah tangan manusia, merujuk pada firman Allah dalam QS 30:41. Karena itu, rangkaian bencana yang terjadi tidak bisa lagi dilihat hanya sebagai musibah alam.
“Badai, hujan lebat, gunung meletus, adalah peristiwa alam yang telah berlangsung jutaan tahun. Namun, kita memperparah dan mengubahnya menjadi bencana ketika kita memperlakukan alam tanpa etika. Tata ruang dilanggar, hutan ditebang habis, pesisir dicemari, habitat satwa dihancurkan,” tegasnya.
Anies juga mengingatkan kepada semua pihak untuk melakukan “tobat ekologis”. Menurutnya, bangsa ini harus berani mengakui adanya dosa kolektif terhadap bumi, yang lahir dari kebijakan yang lemah, abai terhadap analisis risiko, serta pengawasan yang longgar.
“Kita perlu mengakui bahwa kerusakan ini adalah hasil pilihan kolektif. Aturan dilanggar demi keuntungan jangka pendek yang hanya dinikmati sebagian orang,” ujarnya.
Lebih jauh, Anies menilai bahwa masyarakat kini terpaksa hidup berdampingan dengan bencana. Upaya pencegahan total sudah sulit dilakukan lantaran iklim berubah dan bentang alam telah banyak dilukai. Namun ia menegaskan masih ada ruang untuk mengurangi risiko, sekaligus memperbaiki kerusakan yang terjadi.
“Caranya, dengan tata kelola yang transparan, penegakan hukum yang tegas, gaya hidup yang lebih ramah bumi, keberanian berkata ‘tidak’ pada proyek yang merusak, serta mendidik dan membiasakan mitigasi bencana secara serius bagi seluruh masyarakat,” tulisnya.
Anies mengingatkan sebuah perspektif yang mungkin tidak populer bahwa bumi tidak membutuhkan manusia, tetapi manusialah yang membutuhkan bumi.
“Bumi akan terus berputar, dengan atau tanpa manusia. Yang terancam punah bukan planetnya, tapi keberlangsungan hidup kita sendiri. Maka kitalah yang butuh peduli pada bumi,” tegasnya.
Ia lalu menutup refleksinya dengan kembali mengangkat konsep tobat ekologis, sebuah seruan dari Paus Fransiskus yang menurutnya harus dijalankan sebagai upaya mengembalikan batas yakni batas serakah, batas abai, dan batas melanggar aturan.
“Demi bumi yang lebih layak dihuni untuk anak dan cucu kita semua,” pungkas Anies.

