“Saya tidak ada yang berubah dalam sehari-hari. Juga tidak menutup lingkungan sosial ataupun di MK,” kata Arsul Sani kepada wartawan, Senin 1 Desember 2025.
Bagi Arsul, polemik ijazah ini cukup diambil hikmahnya saja, tanpa perlu berburuk sangka kepada siapapun. Ia juga tak berpikir untuk membalasnya.
“Saya tetap ingin menjaga prasangka baik (husnuzan) kepada semuanya, dan tidak ingin menyusahkan diri dengan mencari-cari pihak yang mau menjatuhkan, apalagi membalasnya,” kata Arsul.
Sebagai orang yang dibesarkan di lingkungan Nahdliyyin, Arsul menganggap serangan seperti itu sebagai bagian dari cobaan hidup. Ia bersyukur sejumlah ulama atau kiai Nahdlatul Ulama (NU) turut menguatkan dirinya dengan mengajarkan doa dan wirid tertentu.
Menurutnya, sudah biasa di lingkungan NU jika ada seseorang tengah mendapatkan ujian atau memang punya hajat tertentu kemudian ‘diijazahi’ wirid dan doa tertentu.
“Saya bersyukur, ada ulama atau kiai NU yang turut menguatkan dan membesarkan hati saya agar tetap lapang, sehingga tidak down hati dan pikiran,” kata Arsul.
Selain para ulama, Arsul mengaku, ibunya turut menjadi pihak yang terus menguatkannya. Ibunya terus berpesan agar dirinya menerima segala ujian hidup dengan hati lapang, dan berserah pada Allah SWT.
“Beliau yang paling utama menguatkan saya. Beliau berpesan agar semuanya diserahkan kepada Allah SWT,” pungkas Arsul.

