Hal ini ditekankan filsuf publik Rocky Gerung dalam gelaran Winter Talk 2025 yang mengusung tema “Peran Diaspora Indonesia di Jepang: Dinamika Kebangsaan & Tantangan Kontemporer” yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Jepang Komisariat Hiroshima (PPI Hiroshima) pada Senin, 1 Desember 2025.
“Identitas itu bukan label yang ditempelkan, tetapi proses yang terus dibentuk oleh rasionalitas, memori sejarah, dan keberanian berpikir,” ucap Rocky Gerung dalam keterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.
Lanjut Rocky, Ia menegaskan pentingnya keberpihakan pada nalar sebagai fondasi kehidupan berbangsa lewat pendekatan filosofis. Dimana, ini menjadi kerangka utama yang mewarnai seluruh rangkaian diskusi sepanjang acara.
Di sisi lain, Rocky juga mengkritisi kesiapan sumber daya manusia Indonesia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Rocky menyatakan bahwa Indonesia mengalami kemunduran dalam dua aspek penting demokrasi dan rasionalitas.
Dari sini, Rocky menegaskan bahwa pemimpin ideal harus melalui tiga filter utama etikabilitas, intelektualitas, dan barulah elektabilitas.
Demi menjawab persoalan masa depan, Rocky juga membahas tantangan hukum, kecenderungan otoritarianisme, serta perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Tentunya, teknologi tidak boleh menggeser nilai kemanusiaan.
“Robot dapat menjawab pertanyaan, tetapi tidak memiliki kemampuan merasakan keadilan,” jelas Rocky.
“Masa depan bangsa tidak membutuhkan dealer kekuasaan, tetapi leader pemimpin yang bekerja dengan etika, bukan dengan sentimen,” sambungnya.
Sementara itu, dalam acara Winter Talk 2025 ini dihadiri lebih dari 150 diaspora Indonesia dari berbagai daerah di Jepang, terdiri atas mahasiswa, akademisi, peneliti, hingga para profesional.
“Peserta datang dari berbagai daerah, tidak hanya dari Hiroshima, tetapi juga dari Tokyo, Okayama, Yamaguchi, Kyoto, Yokohama, dan wilayah lainnya. Kami ingin diskusi Winter Talk menjadi tradisi berpikir, bukan sekadar kegiatan yang datang sekali lalu menghilang,” kata Ketua PPI Hiroshima, Reza Abdullah.

