“Kini fokus kita bukan hanya wacana, tetapi langkah teknis yang terukur agar ekoteologi benar-benar berdampak di lingkungan,” tegas Kamaruddin.
Ia menyoroti potensi besar Kemenag, dengan lebih dari satu juta guru dan jutaan siswa madrasah, untuk menggerakkan perubahan ekologis. Menurutnya, jika setiap guru dan calon pengantin menanam satu pohon, Indonesia bisa menambah lebih dari dua juta pohon setiap tahun.
Kamaruddin menekankan peran guru sebagai teladan: menanam cinta lingkungan sejak dini, membentuk karakter peduli alam, dan menanamkan kesadaran ekologis di hati peserta didik. Inspirasi ini sejalan dengan praktik di Jepang dan Finlandia, di mana pendidikan moral selalu mengedepankan kepedulian terhadap alam.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menambahkan, menjaga lingkungan – hifdzul biah – sekarang menjadi bagian dari maqashid syariah. Program ramah lingkungan seperti Adiwiyata, pengelolaan sampah berbasis daur ulang, konservasi energi, hingga pengembangan green campus sudah berjalan di berbagai lembaga pendidikan Kemenag.
Konferensi internasional ini menghadirkan narasumber global yang membagikan pengalaman dan strategi pendidikan ramah lingkungan, mulai dari gerakan “Clean Games” di Rusia hingga praktik zero waste di pesantren.
Dr. Haidar Bagir, seorang pengusaha, filantropis, dan penulis, bahkan menekankan perspektif sufistik yaitu alam sebagai ayat Tuhan yang harus dihormati, menginspirasi pendidik menumbuhkan spiritualitas ekologis dalam pembelajaran. Ia mengingat kembali pengalamannya saat mendirikan sekolah dan menolak penebangan pohon karena meyakini bahwa setiap unsur alam adalah makhluk yang bertasbih kepada Sang Pencipta.
Irfan Amali dari Peace Generation juga berbagi pengalaman inspiratif tentang pesantrennya yang telah enam tahun menerapkan konsep zero waste.
Acara ini juga menandai peluncuran Buku Induk Pendidikan Ramah Iklim dan Panduan Pendidikan Ramah Iklim, sebagai pedoman nasional untuk mengintegrasikan isu lingkungan ke madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam.
Dengan gerakan ini, Kemenag ingin pendidikan bukan hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga membangun generasi yang peduli, berakhlak, dan mencintai alam semesta. Pendidikan ramah iklim menjadi investasi jangka panjang bagi masa depan bumi dan kehidupan generasi mendatang.

