Material berbahaya tersebut kini disimpan di interim storage milik PT Peter Metal Technology (PMT).
“Sampai hari ini material terkontaminasi yang tersimpan di interim storage PT PMT sejumlah 1.136 ton,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi XII DPR RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu 3 Desember 2025.
Menteri Hanif menekankan bahwa situasi penanganan ini masih bersifat darurat. Pemerintah, melalui Bapeten dan Batan, kini dituntut segera merumuskan perencanaan teknis detail untuk solusi jangka panjang.
Proses dekontaminasi di lapangan menunjukkan kemajuan, di mana 12 titik telah dinyatakan bersih. Namun, satu titik masih menjadi perhatian serius.
“Satu titik masih diteliti karena diduga sumber radionuklir berada di bawah fondasi bangunan,” jelas Hanif.
Jika dugaan ini terbukti, bangunan tersebut berpotensi harus dibongkar untuk menghilangkan sumber kontaminasi secara tuntas.
Selain itu, pemerintah memperketat pengawasan kendaraan melalui Radiation Portal Monitoring (RPM).
Dari hampir 71 ribu kendaraan yang dipindai sejak awal kejadian, sebanyak 48 kendaraan sempat terdeteksi terkontaminasi dan langsung dibersihkan. Tidak ada temuan baru dalam 2–3 minggu terakhir.
Menteri Hanif menutup laporannya dengan memastikan bahwa seluruh material berbahaya tersebut tetap berada dalam pengamanan ketat di fasilitas penyimpanan darurat PT PMT.
“Seluruh material yang terkontaminasi kita simpan di penyimpanan darurat milik PT PMT,” pungkas Hanif.

