Diyakini kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri itu sangat mungkin berkaitan dengan kasus besar yang sedang ditangani korban.
“Pertanyaannya laptop dari almarhum yang tertinggal di tangga rooftop, di tasnya, sampai sekarang tidak pernah dibuka isinya apa, diungkap isinya apa, dan tidak pernah dikembalikan pada pihak keluarga,” kata Nicholay dalam sebuah podcast dikutip RMOL Kamis, 7 Desember 2025.
Arya Daru diketahui pernah terlibat langsung dalam penanganan berbagai kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) lintas negara. Mulai dari Jepang, Kamboja, Myanmar, hingga Timur Tengah. Dalam perkara TPPO di Jepang, korban bahkan disebut menjadi saksi kunci.
Yang membuat kecurigaan kian menguat adalah keberadaan laptop milik korban yang hingga kini belum dikembalikan ke pihak keluarga. Laptop itu ditemukan di lokasi kejadian dan hingga sekarang disebut masih menjadi barang bukti di kepolisian.
“Isinya tidak pernah dibuka secara terbuka. Padahal informasi yang kami terima, isinya sensitif, by name by address soal jaringan TPPO,” ujar Nicholay .
Ia menduga, korban sengaja menyimpan data tersebut di laptop kantor karena merasa itulah tempat paling aman. Namun korban tidak pernah menyangka bahwa nyawanya justru terancam.
Nicholay mengatakan jika dugaan ini benarmaka kasus kematian Arya bukan sekadar perkara kriminal biasa, melainkan menyangkut kejahatan terorganisir lintas negara yang melibatkan banyak kepentingan besar.
Ia pun menepis anggapan bahwa tekanan datang dari urusan pribadi korban.
“Kalau hanya soal pribadi tidak mungkin rapi, tanpa jejak, dan minim kesalahan seperti ini,” katanya.
Menurut Nicholay, pola kematian korban menunjukkan adanya perencanaan matang, eksekutor profesional, serta sistem yang bekerja dengan sangat disiplin.
“Kami sangat yakin ini pembunuhan berencana. Dan kami curiga besar ini berkaitan dengan tugas negara,” tegasnya.

