Bintang Indiana Fever, Caitlin Clark, menyerukan pentingnya kompromi dalam perundingan perjanjian kerja bersama (CBA) antara pemain dan WNBA.
Meski menegaskan para pemain akan “memperjuangkan semua yang pantas mereka dapatkan”, Clark menilai kedua pihak tetap harus mencari titik temu demi memastikan liga tetap berjalan pada musim depan.
Pernyataan itu disampaikan Caitlin Clark pada Jumat (12/12) setelah hari pertama pemusatan latihan USA Basketball di Duke University, Durham, North Carolina.
“Itulah yang diinginkan para penggemar—produk di lapangan,” kata Clark. “Itu yang membuat mereka datang ke arena. Ini adalah urusan bisnis dan negosiasi, jadi harus ada kompromi dari kedua sisi. Kami sudah mendekati batas waktunya.”
WNBA dan asosiasi pemain (WNBPA) baru saja menyepakati perpanjangan kedua CBA yang berlaku hingga 9 Januari 2026, sembari terus merundingkan kesepakatan baru.
Namun, masih muncul kekhawatiran apakah kedua pihak mampu mencapai kesepakatan sebelum tenggat tersebut, atau justru menghadapi kemungkinan penghentian kerja, baik melalui lockout oleh pemilik klub maupun mogok oleh pemain.
Kelsey Plum, wakil presiden pertama WNBPA, mengakui bahwa proses negosiasi sejauh ini cukup mengecewakan.
Ia menyebut frustrasi meningkat karena jarak antara tuntutan pemain dan tawaran liga masih terasa jauh.
Para pemain menaruh prioritas pada perubahan struktur gaji dan sistem bagi hasil pendapatan, penetapan standar fasilitas serta staf tim, dan peningkatan manfaat kesejahteraan.
Di sisi lain, pihak liga menyatakan keinginan untuk menaikkan gaji dan komitmen biaya pemain secara signifikan, sambil tetap memberi insentif kepada pemilik klub agar terus berinvestasi dan menjaga keberlanjutan bisnis.
Proposal liga yang terakhir dilaporkan mencakup gaji maksimum 2026 dengan jaminan dasar 1 juta dolar AS, ditambah skema bagi hasil yang bisa mendorong total pendapatan pemain elite hingga lebih dari 1,2 juta dolar.
Batas gaji tim juga diusulkan naik menjadi 5 juta dolar pada 2026, dengan penyesuaian berbasis pertumbuhan pendapatan di tahun-tahun berikutnya.
Meski perundingan alot, Clark menyebut momen ini sebagai yang terbesar dalam sejarah WNBA, seiring pertumbuhan popularitas liga dalam beberapa tahun terakhir.
“Itu sebabnya sangat penting bagi kami untuk menemukan cara agar bisa tetap bermain musim depan,” ujarnya. Ia menekankan perlunya memilah hal-hal yang tidak bisa dikompromikan dengan aspek lain yang masih bisa dinegosiasikan.
Caitlin Clark juga mengaku belajar banyak tentang proses negosiasi dari rekan setimnya di Fever yang menjadi perwakilan serikat pemain, serta dari pejabat WNBPA.
Dukungan senada datang dari Angel Reese, All-Star Chicago Sky, yang menilai para pemain saat ini solid dan memiliki tujuan bersama untuk mencapai kesepakatan yang adil dan menguntungkan semua pihak.
Di luar isu CBA, Clark menjadi sorotan di kamp tim nasional karena ini adalah aktivitas basket terorganisasi pertamanya sejak lama.
Ia sempat absen hampir sepanjang musim 2025 akibat cedera jaringan lunak. Clark memastikan kondisinya kini 100 persen dan hanya perlu mengembalikan kebugaran.
“Jujur saya agak gugup, tapi rasanya menyenangkan kembali mengikat tali sepatu dan berlatih kompetitif,” katanya.
Pemusatan latihan akhir pekan ini juga menjadi awal evaluasi bagi pelatih baru Kara Lawson dan direktur program Sue Bird menuju Piala Dunia Basket Putri 2026.
Bagi Caitlin Clark, yang menjalani debut di kamp tim nasional senior, fokusnya jelas: kembali bermain, menikmati basket, dan berharap negosiasi CBA berujung pada kesepakatan yang memungkinkan WNBA terus melaju.
Artikel Tag: Caitlin Clark
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/basket/di-kamp-tim-as-caitlin-clark-dorong-kompromi-cba-kami-harus-bermain
