Penunjukan Hans sekaligus menandai berakhirnya masa tugas Patrick Walujo. CEO yang memimpin GoTo sejak 2023 itu mundur setelah berhasil membenahi fondasi perusahaan dan mengantar GoTo ke fase yang lebih sehat.
Pengamat ekonomi Josua Pardede menilai, pergantian pucuk pimpinan justru terjadi di momentum yang tepat. Bukan sinyal goyah, tapi sebaliknya: sinyal kuat bagi pasar.
“Transisi dilakukan setelah fase pembenahan selesai. GoTo berhasil menurunkan biaya, meningkatkan efisiensi, dan menyeimbangkan pertumbuhan dengan profitabilitas. Ini memperkuat prospek perusahaan dan kepercayaan investor,” kata Josua dalam keterangannya, Jumat, 19 Desember 2025.
Menurut Josua, lanskap pasar saat ini sudah berubah. Investor tak lagi semata mengejar pertumbuhan agresif, tapi lebih jeli melihat kemampuan perusahaan teknologi menjaga profit dan arus kas.
Bagi investor, arah transformasi seperti yang ditempuh GoTo dinilai mampu menekan ketidakpastian kinerja dan memperkuat keyakinan jangka panjang terhadap perusahaan.
Patrick Walujo sendiri memimpin GoTo dengan mandat berat: menata ulang fondasi bisnis. Mulai dari pengendalian biaya, penyederhanaan operasi, hingga penajaman portofolio usaha agar lebih berorientasi pada profitabilitas.
Hasilnya mulai terasa. Pada kuartal III/2025, GoTo mencatat laba sebelum pajak Rp62 miliar. EBITDA tembus Rp516 miliar, tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Jumlah pengguna aktif bulanan GoPay melonjak 29 persen year on year menjadi 24,2 juta, sementara nilai buku pinjaman konsumen melesat 76 persen menjadi Rp7,6 triliun.
Tak hanya angka. Rekam jejak Patrick juga diakui di level regional. Tahun 2025, ia dinobatkan sebagai Best CEO sektor internet Asia versi Extel. Di bawah kepemimpinannya, GoTo juga menyabet predikat Most Honored Company.
Kini tongkat estafet berada di tangan Hans Patuwo. Mantan COO yang memimpin GoTo Financial itu diharapkan mampu menjaga kesinambungan strategi, sekaligus mempertahankan disiplin eksekusi yang telah dibangun.

