Jakarta –
Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkap alasan Minimum Essential Force (MEF) Indonesia tidak mencapai target 100 persen. Dia menyinggung adanya faktor pandemi COVID-19.
“MEF yang sudah dibuat di RPJM tidak kemudian sampai 2024 harusnya ditargetkan selesai dan target terpenuhi. Kenapa tidak terpenuhi MEF itu? Karena kita diinterupsi sebutan saya menggunakannya diinterupsi oleh COVID-19,” kata Dahnil dalam acara bedah buku Politik Pertahanan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/2024).
Dahnil menuturkan, di era pandemi COVID-19, sejumlah pos anggaran Kementerian Pertahanan dialihkan untuk penanganan COVID-19. Mulai dari anggaran pengadaan dan sebagainya.
“Kita melakukan itu semua, anggaran alutsista dan sebagainya kemudian dialihkan untuk anggaran vaksin, untuk anggaran penanganan covid-19 untuk anggaran revitalisasi rumah sakit tentara di seluruh Indonesia, untuk alat-alat medis lainnya,” ujarnya.
Tak hanya itu, dia juga mengungkap peran Prabowo Subianto dalam penanggulangan COVID-19. Kala itu, Prabowo memimpin langsung kedatangan vaksin COVID-19 yang dikirimkan dari Cina ke Indonesia. Atas sinergi bersama, Indonesia dapat keluar dari pandemi COVIDA-19 dalam kondisi tak terseok-seok.
“Dan Pak Prabowo secara tidak langsung memimpin proses itu dengan baik, dan Alhamdulillah COVID-19 kita salah satu negara yang bisa keluar dari COVIDA-19 itu tidak sangat berdarah-darah,” ucapnya.
Untuk diketahui Minimum Essential Force (MEF) atau Kekuatan Pokok Minimum merupakan upaya modernisasi alat utama sistem pertahanan Indonesia.
(taa/idn)