Jakarta –
Pemprov DKI Jakarta akan menambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) pada tahun ini. Saat ini, DKI sudah memiliki 12 SPKU yang bertaraf reference grade.
“Hingga saat ini, Jakarta sudah memiliki 12 SPKU bertaraf reference-grade yang sudah berjalan, dan ditambahkan lagi 9 pada tahun ini,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangan di situs Pemprov DKI, Jumat (19/1/2024).
Hal itu disampaikan dalam diskusi yang digelar DLH DKI bersama Clean Air Catalyst (Catalyst), yang terdiri dari WRI Indonesia dan Vital Strategies pada Rabu (17/1). Diskusi bertema Diskusi Pemantauan Kualitas Udara 2023 dan Strategi Pengendalian Kualitas Udara Melalui Kawasan Rendah Emisi di DKI Jakarta digelar dalam rangka percepatan aksi penanggulangan polusi udara pada 2024 agar kualitas udara di Jakarta membaik.
Kehadiran 9 SPKU baru ini diharapkan bisa memberikan data kualitas udara yang lebih maksimal dan bisa menjadi rujukan utama semua pihak. Agar penerapannya maksimal, maka akan didukung dengan regulasi lain yang bisa meningkatkan kualitas udara Jakarta.
“Tahun 2024 ini kita akan kebut penanggulangan kualitas udara di Jakarta. Selain menambah jumlah SPKU, juga menguatkan regulasi peningkatan kualitas udara, salah satunya melalui zona rendah emisi,” ujar Asep.
SPKU tersebut akan memantau kualitas udara di Jakarta. Bertambahnya SPKU diharapkan dapat menghasilkan data kualitas udara sehingga dapat dilakukan penanganan polusi yang tepat.
Pemprov DKI berencana kembali menambah SPKU pada 2025 hingga didapat jumlah ideal.
“Targetnya 25 SPKU reference-grade pada tahun 2025, jumlah ini merupakan jumlah yang ideal,” ujar dia.
Asep mengatakan penurunan kualitas udara hal bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya curah hujan yang rendah pada periode tersebut.
“Dibandingkan tahun 2022, konsentrasi PM2.5 tahun 2023 cenderung lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Hal ini dipengaruhi munculnya gejala El Nino, yang menyebabkan curah hujan rendah dalam periode lebih lama (hingga Oktober), bahkan pengaruhnya berlangsung hingga bulan Desember,” kata Asep.
Strategi Tangani Polusi
Dalam kesempatan yang sama, Deputy Program Director Climate Change, Energy, Cities, and Ocean World Resources Institute (WRI) Indonesia, Almo Pradana, mengapresiasi kerja sama dengan DLH DKI untuk meningkatkan aksesibilitas data kualitas udara yang dapat menjadi rujukan untuk kebijakan berbasis sains.
“Kami berkomitmen mendukung DLH DKI agar terus memiliki data yang berkualitas dan bisa diakses oleh publik. Selain itu, data tersebut juga bisa diterjemahkan menjadi kebijakan percontohan di Indonesia,” ungkap Almo.
Sebagai bagian dari dukungan nyata terhadap usaha bersama mengatasi dampak buruk polusi udara, inisiatif Clean Air Catalyst juga turut berkontribusi dalam menambah jumlah alat pengukuran kualitas udara reference grade di DKI pada 2023 lalu.
“Tambahan 3 alat pengukuran kualitas udara reference grade di 3 lokasi SPKU, termasuk di Kantor Walikota Jakarta Timur, Kantor Walikota Jakarta Barat, dan Rusun Marunda. Selain itu, ada penambahan 4 sensor untuk jenis polutan black carbon pada SPKU yang sudah ada untuk mengukur pencipta jenis jenis polutan baru,” imbuh Almo.
Sebagai salah satu strategi kunci pengendalian kualitas udara, dalam kerja sama dengan DLH dan mitra lainnya, Almo mengatakan, WRI Indonesia juga mendorong intervensi di sektor transportasi dengan pengembangan kawasan rendah emisi atau low emission zone (LEZ), yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti tercantum di Keputusan Gubernur 576 Tahun 2023 tentang Strategi Penanggulangan Polusi Udara untuk Mengurangi Polusi dari Sumber Bergerak.
Untuk diketahui, Catalyst merupakan sebuah inisiatif yang didukung oleh USAID, melalui konsorsium di tingkat internasional untuk percepatan perbaikan kualitas udara di kota-kota dunia dan memiliki tiga fokus utama dalam penanggulangan dampak buruk polusi udara. Pertama, fokus pada identifikasi sumber polusi dengan tujuan membangun pemahaman bersama masyarakat mengenai sumber-sumber polusi dan dampak beragam di kota. Kedua, kolaborasi mencari strategi untuk solusi terbaik dalam pengurangan emisi di sektor yang paling mencemari. Ketiga, Catalyst berkomitmen untuk membangun koalisi strategis yang melibatkan berbagai pihak, untuk mendorong aksi pengurangan emisi demi udara yang lebih sehat.
(jbr/mei)