“Untuk Romo Mudji, sahabat lama saya, kami, saya, Mayong dan Nurul mengucapkan turut berbelasungkawa dan sugeng tindak menuju keabadian di surga,” kata Mayong.
Mengenang mendiang Romo Mudji, Mayong sempat menceritakan ketika Romo ikut menyumbangkan lukisan untuk acara sekolah swasta di Yogyakarta.
“Terakhir tanggal 11 Desember yang lalu, kami menggalang dana untuk pembangunan kolese kami, Kolese De Britto di Jogja. Kami melibatkan Romo Mudji dan Romo Mudji merelakan sketsa lukisan-lukisannya untuk dilelang. ‘Silakan uangnya saya sumbangkan ke Yayasan De Britto’ dan ternyata dua lukisannya laku lumayan tinggi dan kami berterima kasih sekali ke Romo Mudji,” ungkapnya.
Senada dengan Mayong, Nurul yang merupakan politisi Golkar mengenal Romo Mudji sebagai aktivis yang peduli terhadap masyarakat, terutama para perempuan.
“Saya mengenal beliau sebagai aktivis yang peduli pada masyarakat, kemudian pada politik ya. Jadi dulu diskusi-diskusinya itu seputar ya seperti itulah. Perempuan dan politik juga ya menjadi konsennya beliau,” kata Nurul.
Romo Mudji wafat pada usia 71 tahun di RS Carolus, Jakarta Pusat, Minggu malam 28 Desember 2025.
Jenazah Romo Mudji Sutrisno disemayamkan di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, mulai Senin pagi, 29 Desember 2025.
Misa Requiem (Misa Arwah) untuk mendoakan perjalanan pulang Romo Mudji ke rumah Tuhan akan diselenggarakan sebanyak dua kali di lokasi persemayaman.
Misa Requiem I: Senin, 29 Desember 2025, pukul 19.00 WIB, dan Misa Requiem II: Selasa, 30 Desember 2025, pukul 19.00 WIB di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat.
Setelah rangkaian doa di Jakarta selesai, jenazah rencananya akan diberangkatkan menuju tempat peristirahatannya yang terakhir di Taman Maria Ratu Damai, Girisonta, Semarang, Jawa Tengah.
