Aset tersebut merupakan bagian dari Poh Group yang dimiliki pengusaha Mr. Poh Kay Ping. Melalui kesepakatan ini, NINE memiliki peluang emas untuk menguasai dua konsesi tambang di negeri tersebut.
Harga indikatif untuk proyek raksasa ini ditaksir mencapai 150 juta Dolar AS, namun harga finalnya akan ditentukan oleh tim penilai independen dari Indonesia dan Australia.
Presiden Direktur NINE, Nuzwan Gufron, mengungkapkan bahwa manuver ini adalah bagian dari strategi diversifikasi demi memperkuat fundamental perusahaan.
“Opsi ini adalah kelanjutan dari rencana kami untuk menghidupkan kembali dan memperluas operasi bisnis, sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham,” jelas Nuzwan dalam keterbukaan informasi publik, Senin 29 Desember 2025.
Saat ini, NINE memiliki waktu sembilan bulan untuk mematangkan opsi tersebut, sembari menunggu restu dari pemegang saham serta regulator (OJK dan IDX).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

