Makassar –
Anggota Satuan Brimob Polda Sulawesi Selatan (Sulsel), Bripka Nurmansyah, diusulkan oleh pembaca detikcom, Darsya Paradigma Syahlani (27), sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2024. Darsya mengatakan Bripka Nurmansyah adalah pendiri rumah singgah untuk pasien-pasien rumah sakit rujukan Indonesia bagian timur di Makassar.
Darsya mengusulkan Bripka Nurman, sapaan akrabnya, dengan mengisi formulir online Hoegeng Awards 2024 di tautan ini. Warga Parepare mengatakan rumah singgah tersebut menampung pasien-pasien dari keluarga tak mampu secara gratis.
Berikut cerita Darsya tentang Bripka Nurman yang disertakan saat mengisi formulir online, Jumat (2/1/2024):
Beliau adalah founder dari Rumah Singgah Sigap, tempat tinggal untuk para pasien dan keluarga kurang mampu yang berobat ke Makassar. Semuanya digratiskan mulai dari sewa kamar, makanan, listrik, air, ambulans disediakan oleh beliau dan tim. Banyak dari kami yang sangat terbantu oleh kebaikan beliau.
Saat dihubungi detikcom, Darsya menceritakan dirinya mendampingi ayahnya untuk menjalani tindakan operasi tulang belakang di RS Wahidin, Makassar, pada akhir 2022. Dia mendapatkan informasi soal rumah singgah dari perawat rumah sakit.
“Waktu itu saya bawa bapak saya berobat ke RS Wahidin, Makassar. Waktu itu bapak mau operasi. Waktu itu saya positif COVID, sementara ndak ada yang bisa dampingin bapak. Jadi kan bapak tunggu saya pemulihan baru bapak masuk ruang operasi,” cerita Darsya.
“Perawat lalu menawari saya bagaimana kalau di rumah singgah saja, karena pasien-pasien mereka juga dari rumah singgah. Saya tanya itu apa, kata perawat itu tempatnya pasien-pasien yang dirujuk ke RS Wahidin ataupun RS rujukan lain di Makassar, yang keluarganya tidak punya biaya atau tempat tinggal selama di Makassar,” imbuh dia.
Darsya menyebut perawat itu mengatakan pasien rumah singgah bisa mendapat layanan antar-jemput ambulans dari dan ke rumah sakit secara gratis. Akhirnya Darsya tertarik dan menitipkan ayahnya di rumah singgah yang didirikan Bripka Nurmansyah.
“Saya diberitahu di rumah singgah semua gratis, diantar jemput juga pakai ambulans gratis, disediakan kamar dan makan juga. Akhirnya bapak di sana dirawat selama saya menunggu hasil negatif COVID,” ucap Darsya.
Darsya mengatakan total tiga bulan lamanya ayahnya dan dirinya berada di rumah singgah. Seusai ayahnya dioperasi, Darsya menuturkan tim dari rumah singgah sigap membantu mobilitas ayahnya.
“Jadi bapak di sana selama saya isolasi, lalu setelah operasi bapak masih perlu kontrol ke RS, saya mendampingi bapak di rumah singgah. Saya di sana dari November 2022 sampai Januari 2023. Saya kan perempuan ya, itu bapak saya habis operasi kalau mau ke RS pakai tempat tidur yang dorong, mereka bantu angkat bapak ke ambulans, nanti setelah kontrol dijemput lagi,” ucap Darsyah.
Foto: Darsya Paradigma Syahlani dan ayahnya hendak pulang dari rumah singgah yang yang dikelola Bripka Nurmansyah ke Parepare. (dok. istimewa)
|
Darsya mengaku semula tidak tahu rumah singgah tersebut didirikan dan dikelola oleh Bripka Nurman. Dia mengaku seiring waktu dirinya mengerti soal pekerjaan Bripka Nurman.
“Kami tahu yang punya polisi karena beliau kan hampir setiap hari datang ke rumah singgah, jadi kami tahu, ‘Oh itu bapak Nurman, bapak Brimob yang punya rumah singgah’. Intinya rumah singgah ini membantu banget, dan menghemat banget. Kami sering komunikasi karena dia pasti tanya, ‘Bagaimana bapak kondisinya? Ada kendala nggak di rumah sakit?’. Karena kalau ada kendala, dia bantu uruskan. Misalnya ada rujukan bermasalah, obat, dia bantu cari cara,” jelas Darsya.
Darsya menyebut, di balik kebaikan hatinya, Bripka Nurman adalah sosok yang tegas dan disiplin. Darsya memberi contoh misalnya saat rumah singgah terlihat kotor, Bripka Nurman pasti menegur.
“Waktu di sana ada 10 pasien, ya kita tinggal bersama akhirnya seperti keluarga. Dia baik tapi dia tegas. Misalnya kalau rumah kotor, dia tegur, tegurnya, ‘Sabtu besok kita kerja bakti ya, karena ini saya lihat rumah sudah kotor’,” ujar Darsya.
Diwawancara terpisah, Bripka Nurman mengatakan cikal bakal rumah singgah adalah gerakan sosial seperti berbagi Al-Qur’an dan membagikan nasi bungkus kepada masyarakat kurang mampu tiap Jumat. Kegiatan sosial itu dilakoninya sejak 2018.
Kemudian saat COVID-19, menyebar dan Indonesia dilanda pandemi, dia membagikan air mineral kemasan ke rumah-rumah sakit yang dikabarkan membutuhkan pasokan air mineral. Dari situ dirinya melihat banyak pasien dan keluarga yang tidur di lorong rumah sakit.
“Banyak yang saya jumpai di lapangan itu pasien rujukan yang terkendala biaya. Saya tanya-tanya ke mereka, ‘Pak kenapa tidur di sini?’, dia bilang ngggak bisa bayar kos. Kalau bayar kos, ndak bisa lagi makan,” kata Nurmansyah.
Nurmansyah menerangkan dia lalu nenyewa rumah dua lantai seharga Rp 2 juta per bulan. Uang sewa berasal dari komunitasnya. Di rumah tersebut, Nurmansyah mengatakan ada 9 pasien yang tertampung. Setelah rumah singgah berdiri, 7 bulan kemudian, terkumpul uang dari para donatur dan komunitas yang akhirnya dia belikan mobil untuk mengangkut.
“Alhamdullilah, 7 bulan terkumpul uang dan kami belikan mobil bekas untuk ambulans” ucap Bripka Nurrman.
Foto: Suasana makan bersama nan sederhana di rumah singgah Bripka Nurmansyah, Makassar, Sulsel. (dok. istimewa)
|
Bripka Nurman lalu menyebutkan kini rumah pribadinya disulap menjadi rumah singgah. Dia sendiri memilih mengalah dan tinggal di asrama.
“Jadi total untuk 2 rumah singgah bisa menampung 25 pasien saat ini. Kalau rumah singgah penuh, kami akan carikan kos terdekat dengan rumah sakit, kami bantu untuk membayar kos,” tutur Bripka Nurman.
Bripka Nurman lalu menerangkan rumah singgahnya mulai dikenal karena dia membagi-bagikan brosur ke pihak rumah sakit. Dia pun sempat diundang oleh pihak rumah sakit yang tertarik dengan keberadaan rumah singgah.
“Ada beberapa dokter-dokter rumah sakit, dokter spesialis itu menanyakan. Mereka mau tahu apa itu rumah singgah. Saya jelaskan kalau rumah singgah itu begini, begini. Akhirnya banyak dokter spesialis yang pasiennya tidak mampu, kaum duafa, pasti diarahkan ke kami,” cerita Bripka Nurman.
Foto: Bripka Nurmansyah. (dok. istimewa)
|
Kini rumah singgah menampung pasien-pasien rumah sakit rujukan di Makassar seperti RS Wahidin, Rumah Sakit Jantung Terpadu, RS Ibnu Sina, RS Unhas dan RS Primaya. Bripka Nurman mengatakan pasien rujukan di rumah singgah yang kampungnya paling jauh yakni dari Asmat, Papua.
“Paling jauh ada, dari Asmat,” imbuh dia.
Layanan ambulans gratis Bripka Nurman juga tak sekadar untuk pulang-pergi rumah sakit. Ambulans juga mengantar pasien pulang ke kampung halamannya masing-masing, selama masih di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Pasien di sini paling lama ada yang sampai satu tahun lebih karena dia kemoterapi. Pasien di rumah singgah rata-rata kanker dan tumor,” pungkas dia.
(aud/hri)