Jakarta –
Ipda Muhammad Nurhilal mendirikan Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Al Hilal di Kampung Bawang Lompoa, Kelurahan Labakkang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan (Sulsel). Ipda Nurhilal dikenal sebagai polisi yang peduli terhadap pendidikan anak khususnya di bidang agama.
Salah satu yang mengusulkan Ipda Nurhilal sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024 adalah Ferry. Ferry menyebut Nurhilal adalah polisi sekaligus pendakwah atau dai. Berikut hal yang disampaikan Ferry lewat form usulan Hoegeng Awards 2024.
Bangunan rumah tahfiz dan yatim berdiri atas milik sendiri digunakan untuk dakwah.
Ferry, yang memiliki Pondok Tahfidz Qur’an Putri Yusuf Al-Fatih gratis di Maros, merupakan satu komunitas dengan Ipda Nurhilal di Komunitas Pendakwah Keren Indonesia. Ferry mengatakan Nurhilal memiliki rumah yatim dan pondok tahfiz mandiri dan tanpa pungutan atau gratis.
Ipda Muhammad Nurhilal mendirikan Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Al Hilal di Kampung Bawang Lompoa, Kelurahan Labakkang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, (Sulsel). Foto: dok.istimewa
|
“Itu lahan milik sendiri karena berdampingan dengan tempat orang tuanya. Itu sudah diberikan untuk anaknya untuk dikelola. Beliau juga kan baru menikah, istrinya ngurusin di pondok, dan beliau kan aktif di Polda Sulsel sekarang,” kata Ferry saat dihubungi.
Ferry pun mengatakan Nurhilal sering membantu sesama pondok. Ferry mengaku mendapat sumbangan barang dari Nurhilal.
“Beliau salah satu anggota Polri yang sosialnya sangat tinggi. Selalu ajak kebaikan, termasuk waktu awal-awal saya juga mendirikan pondok, beliau juga memberikan kerangkan susun,” katanya.
Khawatir Pergaulan Anak Zaman Sekarang
Saat dihubungi, Nurhilal, yang menjabat Pamin Urmintu Subbagrenmin Ditbinmas Polda Sulsel, menceritakan alasan membangun rumah yatim dan pondok tahfiz di Pangkep. Dia yang selalu berkunjung dan berkegiatan di panti asuhan tergerak untuk membangun rumah yatim sendiri.
“Kebetulan ada tanah di kampung, tanah pribadi pada saat bulan Ramadhan 2019. Bismillah, berniat untuk membangun rumah yatim dan pondok tahfiz,” kata Nurhilal, saat dikonfirmasi.
Dia menilai, anak zaman sekarang gampang mendapat pengaruh buruk khususnya dari gadget. Terlebih, dia melihat di kampung halamannya di Kampung Bawang Lompoa sudah jarang ada tempat anak-anak untuk mengaji.
Ipda Muhammad Nurhilal mendirikan Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Al Hilal di Kampung Bawang Lompoa, Kelurahan Labakkang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, (Sulsel). Foto: Ipda Muhammad Nurhilal mendirikan Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Al Hilal di Kampung Bawang Lompoa, Kelurahan Labakkang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, (Sulsel).
|
“Karena di kampung sudah jarang guru ngaji. Jadi anak-anak apalagi di zaman sekarang, anak dekat dengan gadget dan lain-lain dari situ saya berpikir bagaimana mengasuh anak yatim dan tempat untuk anak kampung,” katanya.
Dia mendirikan Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Al Hilal di atas tanah dengan ukuran 20×30 meter persegi. Dengan uang dari lomba dai di stasiun TV, uang sumbangan saat dakwah, dan sumbangan lain, dia membangun gazebo untuk mengaji dan tempat tinggal untuk anak yatim.
“Kalau gazebo itu Rp 30 juta, kalau bangunan sekitar Rp 200 juta-an,” katanya.
Dia tidak memungut bayaran kepada anak asuh serta anak-anak sekitar kampung yang belajar mengaji. Saat ini, sudah ada delapan anak yatim, dan sekitar 75 anak-anak kampung yang mengaji di tempat Nurhilal.
Meski murid tak dibebani oleh biaya, namun Nurhilal harus membayar 2 guru ngaji dan beberapa keperluan anak yatim seperti uang sekolah, makan dan sebagainya. Nurhilal menyebut operasional rumah yatim dan pondok tahfiz sekitar Rp 12 juta.
“Ini kan berjalan tiga tahun, tahun kedua sudah ada donatur tetap meski tak seberapa. Jadi sebagian pakai gaji sendiri,” katanya.
Dengan berdirinya Rumah Yatim dan Pondok Tahfiz Nurhilal berharap kehidupan anak yatim dan kampungnya di Pangkap menjadi lebih baik. Dia tak ingin anak yatim telantar di jalan untuk mengemis dan lainnya.
“Saya peduli dan khawatir terhadap anak yatim yang kehidupannya di bawah kata layak dan sejahtera. Di jalanan minta-minta uang. Saya ingin sejahterakan yang kurang mampu dan duafa,” katanya.
“Mudah mudahan kita beri nilai agama sejak dini sehingga menjadi pondasi untuk menghadapi jaman saat ini. Semoga bisa menjadi generasi beragama dan berakhlak Al-Quran,” katanya.
Penghargaan yang diterima oleh Ipda M Nurhilal
2014 – Finalis DAI Muda Indonesia MNCTV
2015 – Finalis AKSI Indosiar
2017 – Juara I Polisi Teladan Tingkat Polda Sulsel
2021 – Finalis Da’i Polri
(aik/aik)