Dalam gelombang demokrasi Pemilu 2024, muncul fenomena menarik yang meramaikan panggung politik Indonesia. Tidak lain dan tidak bukan, Komeng, seorang komedian kocak yang melanglang buana di jagat hiburan tanah air. Tak hanya terpaku pada panggung lawak, Komeng kini menjelma menjadi ikon politik yang memikat hati para pemilih. Momen-momen spontan dan gaya komunikasi yang unik membuat Komeng berhasil mencuri perhatian dan simpati para pemilih. Apakah kita menyadari bahwa popularitas memainkan peran krusial dalam menentukan arah politik? Fenomena Komeng membawa kita pada pemahaman bahwa “familiaritas” memegang peranan penting; semakin sering kita terpapar oleh sesuatu, semakin besar kemungkinan kita untuk menyukainya.
Lebih dari sekadar lawan lawak yang menghibur, Komeng adalah “cerminan kita“. Identifikasi sosial masyarakat dengan sosok Komeng membantu membangun hubungan emosional. Gaya komunikasinya yang sederhana dan akrab, menghadirkan kesan bahwa Komeng bukanlah sosok yang jauh dari masyarakat, melainkan satu di antara “kita”. Selain itu perlu diakui bahwa terdapat “kelelahan politik” di tengah masyarakat. Politikus konvensional dengan janji-janji yang sering kali tak terpenuhi telah menimbulkan rasa jenuh. Dalam kebosanan tersebut, muncul seorang komedian sebagai penyegar. Komeng menawarkan pendekatan yang tak konvensional, membawa hiburan baru, dan menjadi alternatif segar bagi pemilih yang mungkin merasa skeptis terhadap janji-janji politik.
Maka kita menyaksikan bagaimana keberhasilan humor dan popularitas dapat memainkan peran sentral dalam proses politik. Fenomena Komeng menjadi cermin bahwa pemilih tidak hanya haus akan janji-janji kosong, melainkan juga haus akan hiburan dan kesegaran di ranah politik. Bagaimanapun, Pemilu 2024 bukan hanya soal kursi dan kekuasaan, tetapi juga panggung pertunjukan yang mampu mengubah citra politik menjadi sesuatu yang lebih manusiawi dan dekat dengan hati rakyat. Kalau menurut kamu bagaimana ?
@yudhady28