KH AHMAD Dahlan wafat pada 23 Februari 1923 di Yogyakarta. Selama hidupnya, tokoh ulama besar pendiri Muhammadiyah ini telah berkontri besar dalam perjuangan bangsa melawan penjajah dan menyebarkan Islam sesuai ajaran dari Nabi Muhammad Shallahu a’laihi wasallam.
Nama besar KH Ahmad Dahlan masih abadi sampai kini. Ulama dijuluki Sang Pencerah ini juga digelari sebagai salah satu Pahlawan Nasional. Muhammadiyah yang didirikannya kini jadi salah satu organisasi Islam terbesar di dunia.
KH Ahmad Dahlan juga dikenal tokoh pemersatu dan membangun hubungan baik dengan semua orang. Dalam riwayat dinukilkan bahwa, Ahmad Dahlan pernah mengundang sejumlah tokoh-tokoh nasional, termasuk dari golongan komunis pada sebuah acara penting Muhammadiyah.
Dalam buku “KH Ahmad Dahlan Si Penyantun”, Imron Mustofa mencatat tentang pertemuan antara KH Ahmad Dahlan dengan Semaun dan Darsono, tokoh golongan kiri dan aktivis dari Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang kelak menjadi pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI).
BACA JUGA:
Kedua tokoh komunis itu diundang KH Ahmad Dahlan ke Kauman, Yogyakarta, yang menjadi pusat dakwahnya.
H.M. Sudja’ dalam buku “Cerita Tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan” mencatat bahwa dalam pertemuan itu Darsono menyebut pemerintah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) sebagai kapitalis dan imperialis yang menindas dan merampas kesejahteraan rakyat. Sementara Semaun banyak bicara mengenai ketimpangan antara si kaya dan si miskin.
Setelah Darsono dan Semaun selesai pidato. Pimpinan pertemuan mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi pidato Darsono dan Semaun.
Tujuan KH Ahmad Dahlan mengundang aktivis komunis tak lain untuk memperkuat pemaknaan keadilan sosial dalam Islam.
Sebagaimana diketahui bahwa gagasan utama komunisme adalah perjuangan sosial. Tampaknya KH Ahmad Dahlan ingin mempelajari perspektif lain mengenai misi sosial bagi umat. Perspektif alternatif itu sangat berguna untuk mendalami makna surat al-Ma’un.
BACA JUGA:
Di dalam surat Al-Ma’un, KH Ahmad Dahlan mendefinisikan orang-orang miskin bukan hanya pada soal ketiadaan harta, tapi pada ‘posisi ketidakberdayaan’. Pemahaman inilah yang di kemudian hari membuat Kiai Dahlan menggarap dakwah Islam di berbagai bidang dari sosial, pendidikan dan kesehatan.
Hanya saja, dampak pidato Darsono dan Semaun cukup besar pada Muhammadiyah. Dampak negatif adalah permintaan berhenti sebagai anggota Muhammadiyah oleh beberapa priyayi pamong praja
Sedangkan dampak positifnya, sebagaimana ditulis Kiai Sudja’, semangat pada mubaligh Muhammadiyah untuk berdakwah. Menurut para mubaligh, jika komunisme saja bisa mempengaruhi banyak orang, mengapa ajaran Islam yang menjunjung keadilan dan kesetaraan tak bisa?
Semaun adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama. Lelaki kelahiran Jombang, Jawa Timur, pada 1899 sebelumnya sebagai propaganaris Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV).
BACA JUGA:
Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Pada 23 Mei 1920, Semaun mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaun sebagai ketuanya.
Hakikat politik adalah lobi dan komunikasi. Oleh karena itu dalam implementasinya harus cair, tidak perlu dibatasi oleh sekat partai atau golongan apa pun. KH Ahmad Dahlan telah memberikan contoh nyata tentang hal tersebut.
Tatkala awal pendirian Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan juga bergabung dengan Boedi Oetomo untuk belajar keorganisasian. Belakangan dr Soetomo selaku pendiri Boedi Oetomo pun bersedia bergabung dengan Muhammadiyah.
Soetomo bahkan memimpin amal usaha kesehatan (klinik) Muhammadiyah di Surabaya, yang kini berkembang menjadi RS Muhammaidyah Mas Mansyur Surabaya.
Dikisahkan juga, seusai membentuk Aisyiyah, KH Dahlan mengundang tokoh komunis dari Kepanjen, Malang, Woro Sastroatmojo.
BACA JUGA:
Dengan bersemangat, Woro dan satu rekannya secara fasih menguraikan tentang gerakan Sarekat Islam “Merah” dengan tegas dan lancar. “Bukan intisari pidatonya si pembicara, melainkan tegak-tegap sigap cakap-cukupnya wanita pembicara dan semangatnya,” tulis Kiai Syuja’, yang murid langsung Kiai Dahlan, tentang maksud mengundang tokoh komunis itu.
Tak lama berselang, Kiai Dahlan juga menerima permintaan dua tokoh ISDV, Semaun dan Darsono, untuk berpidato di rapat terbuka Muhammadiyah.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya