Depok –
Pondok Pesantren (Ponpes) Khoirur Rooziqiin, yang berlokasi di Beji, Depok, tertutup aksesnya dari empat penjuru mata angin, salah satunya dari sebuah perumahan. Ketua RT perumahan tersebut mengungkap alasan tak membuka akses jalan.
“Gini, kenapa kita bertahan untuk tidak buka akses jalan karena satu, jalan Perumahan Caltex ini adalah bukan jalan umum artinya jalan warga ya dan di mana kita ini warga Caltex ini sendiri lingkungan ini sudah dilalui 1 lembaga pendidikan yang bernama SMPIT Darul Abidin. Di situ TK, SD, SMP dan menggunakan akses jalan utama kita Jalan Karet Hijau,” kata Ketua RT Perum Caltex Abdul Aziz saat ditemui wartawan, Selasa (5/3/2024).
Abdul tidak bisa membayangkan apabila ada 2 lembaga pendidikan yang menggunakan akses warga perumahan. Sebab, menurutnya, akses jalan ini bukan jalan umum, melainkan jalan perumahan.
“Bisa lihat sendiri lebar akses jalannya kalau ini dibuat lalu lalang kendaraan di sini ada tempat pendidikan anak-anak, ini sangat mengganggu kenyamanan keamanan warga lingkungan itu sendiri. Jadi ini boleh dibilang warga sendiri bingung. Satu di sini lembaga sosial tapi satu sisi warga sendiri berhak untuk mendapatkan keamanan, kenyamanan, ketentraman, dalam bermasyarakat gitu,” tuturnya.
Abdul menjelaskan polemik tersebut bermula pada ketidaksiapan ponpes. Dia menilai pihak ponpes lalai karena membangun ponpes tapi tidak mempertimbangkan akses jalan.
“Kedua, legalitas sudah harus mereka kantongi semua. Tapi kan faktanya, mereka awal membangun itu 2019 dan faktanya juga IMB mereka baru rilis tahun 2022 September. Yang berarti, jika semua legalitas sudah mereka proses dari awal dengan baik dan benar, artinya tidak akan muncul konflik di kemudian hari. Jadi, ini salah satu bentuk kelalaian mereka,” tuturnya.
“Mereka memproses tanpa ada prosedur yang harus dijalani terlebih dahulu, sehingga posisi pondok mereka terkurung, karena mereka tidak memperhitungkan akses jalan. Lalu muncul konflik di mana-mana, dari sisi barat, timur, selatan dan utara pondok. Semua menjadi masalah buat pondok itu sendiri,” tambahnya.
Abdul mengatakan pihak ponpes memiliki opsi untuk membeli jalan di Jalan Rawa Maya III. Namun, harga jalan itu mencapai Rp 2,7 M.
“Makanya mereka beralih ke Caltex, karena kalau di Caltek ini ada site plan atau fasom itu (kalo akses jalan ini milik Pemda). Alasan dari perumahan itu sendiri kenapa nggak mau buka akses, apalagi ini Ponpes. Artinya, kita di luar dari Yayasan Khoirur Rooziqiin yang bergerak di bidang sosial sendiri ya. Alasan warga menolak itu, satu, kita sudah beda kelurahan. Di mana pondok berdiri di kelurahan Beji, sedangkan Perumahan Caltex berada di Kelurahan Beji Timur,” ujarnya.
“Jadi hal pertama juga udah beda wilayah dari perizinan, mereka seharusnya mengurus ke Kelurahan Beji. Dan kenapa warga menolak memberikan akses kepada ponpes? Karena selama ini dari 2019 pun mereka bisa membangun, jadi warga berasumsi sebenarnya sudah ada akses jalan melalui Rawa Maya,” lanjutnya.
Abdul mengatakan akses jalan yang diklaim oleh Khoirur Rooziqiin di Perum Caltex bukan fasum. Abdul mengatakan jalan ini adalah akses warga perumahan, bukan jalan umum. Warga Perum Caltex memiliki sertifikat masing-masing untuk jalan tersebut.
“Jadi kalo memang perlu di crosscheck harusnya kan di-clear-kan di awal. Kalau emang mereka klaim jalan ini adalah jalan fasum, berarti sudah bisa mereka menggunakan dari awal, yaitu 2019. Tapi, faktanya, ketika mereka menggugat kenapa warga kenapa menolak akses jalan, kita di PN Depok dimenangkan, dengan hasil putusan N.O atau gugatan ditolak,” tutupnya.
Awal Mula Akses Jalan Ponpes Tertutup
Pondok Pesantren (Ponpes) Khoirur Rooziqiin, yang berlokasi di Beji, Depok, tertutup aksesnya dari empat penjuru mata angin. Mudir (Pimpinan) Ponpes Khoirur Rooziqiin, Ali Murtado, menceritakan soal tertutupnya seluruh akses ponpes.
“Sebenarnya dari pintu ini, pintu pertama kali yang kita pakai dari sisi (Jalan) Rawa Maya (sisi barat), pintu pertama kali membangun pesantren ini. Itu jelas dari awal kami menyampaikan kami hanya meminjam karena itu halaman rumah orang dilewati. Habis itu kami udah lama kan, ya udah tutup. Maka lewat SMA 14 (sisi selatan) karena saat itu lagi pembangunan, ya udah tutup lagi karena udah masuk lewat pintu ini,” kata Ali saat ditemui detikcom, Selasa (5/3).
Ali berharap ada akses jalan yang memungkinkan dari sisi timur, yakni Perumahan Caltex tepatnya di Jalan Karet Hijau yang berdempetan langsung dengan ponpes. Sebab, menurutnya, sebelum ponpes dibangun, terdapat fasilitas umum (fasum) dari jalan itu.
“Tahu fasumnya dari mana? Dari site plan tahun 1977 yang kami dapatkan dari BKD Pemda. Ya memang bahasanya belum diserahkan ya tapi kan itu secara site plan itu bukan tanah rumah tapi tanah site plan jalan kan,” tuturnya.
Ali mengatakan polemik akses jalan Perumahan Caltex dan ponpes bermula pada tahun 2010. Sebelumnya tanah ponpes ini ingin dikembangkan menjadi perumahan namun tidak bisa dimanfaatkan maka menjadi tanah wakaf dan dibangunlah ponpes.
Ali mengatakan pihaknya sudah sering bermusyawarah dengan pihak Perumahan Caltex terkait pembukaan akses jalan tersebut. Namun, lanjutnya, belum ada solusi bersama.
“Setiap zaman (Perumahan Caltex) punya penolakan alasan berbeda. Dulu ‘ah itu pura-pura aja mau dijadiin perumahan berkedok pesantren’. Oke kami punya sertifikat wakafnya, nggak mungkin kan jadi sertifikat dijual kalau wakaf maka hilanglah ide itu. ‘Itu kan tanah resapan’, oke kami tunjukkan tata ruangnya bahwa kami adalah area kuning itu kepadatan tinggi bukan area hijau, hilang lagi,” jelasnya.
“Itu kan jadi keramaian, sebelah sini kan ada sekolah yang katanya mereka membuat keramaian ‘Pak kami pesantren 6 bulan sekali pergerakan kami, bisa jadi kami lebih sepi dari rumah’ pergerakan santri kan 6 bulan dia libur cuma setahun 2 kali libur semester Desember atau lebaran, paling akhir bulan para wali berkunjung gitu doang,” tambahnya.
(idn/idn)