Pondok Pesantren (Ponpes) Khoirur Rooziqiin, di Depok, Jawa Barat, tak punya akses dari segala penjuru. Lho kok bisa?
detikcom mencoba menyusuri akses menuju Ponpes Khoirur Rooziqiin, yang berada di Jalan Rawa Maya III, Beji, Depok, pada Selasa (5/3/2024).
Dari arah barat, akses ke ponpes ini dapat melewati Jalan Rawa Maya III. Namun jalan ini hanya bisa dilintasi pejalan kaki atau sepeda motor.
Foto: Akses menuju Ponpes Khoirur Rooziqiin dari Jalan Rawa Maya III (Devi Puspitasari/detikcom)
|
Jika melalui Jalan Rawa Maya III pun hanya bisa tiba di bagian belakang ponpes. Tampak ponpes itu saling membelakangi dengan SMAN 14 Depok.
Akses melalui Jalan Rawa Maya III harus melewati jalan kecil hingga menyeberangi jembatan kayu kecil di atas empang. Hingga akhirnya tiba di pintu terali yang hanya bisa diakses pejalan kaki.
Bagian depan ponpes ini menghadap ke arah timur. Akses ke ponpes dari arah timur dapat melewati Jalan Karya Bakti dan Jalan Margonda Beji, yang keduanya tersambung dengan Jalan Karet Hijau yang lebih lebar. Perbatasan ponpes di sebelah timur adalah Perumahan Caltex dan Musala Al-Falah.
Pada akses sebelah timur ini, ponpes tak dapat dijangkau karena ada pagar tertutup. Pada pagar tersebut terdapat tulisan ‘Demi Keamanan dan Kenyamanan Warga RT 03 RW 05 Menolak Pembukaan Akses Jalan Baru’.
Ponpes ini juga tak dapat dijangkau dari arah timur karena ada pagar tertutup. Sebelah timur ponpes berbatasan dengan perumahan warga dan musala. (Devi Puspitasari/detikcom)
|
Sedangkan bagian selatan ponpes berbatasan dengan SMAN 14 Depok. Akses ke ponpes dari arah selatan dapat melewati Jalan Buni Raya.
Namun Jalan Buni Raya tersebut hanya bisa dilintasi satu kendaraan roda empat. Akses bagian selatan ponpes ini tertutup pintu jeruji yang berada di halaman rumah warga. Pada siang ini, pintu tersebut tertutup dan terkunci.
Lalu, para bagian utara Ponpes Khoirur Rooziqiin berbatasan dengan SMPIT Darul Abidin. Pada sebelah utara, akses menuju ponpes ini ialah Jalan Karet Hijau tapi tertutup SMPIT Darul Abidin.
Akses sebelah utara ponpes ini juga tertutup pagar besi berwarna hitam. Pada sebelah utara, ponpes ini juga berbatasan dengan tanah pekarangan warga.
Pihak Ponpes Khoirur Rooziqiin, melalui akun Instagram @pesantrenkhoirurrooziqiin, menyampaikan akses terakhir ke ponpes tersebut telah ditutup per Jumat (1/3). Pihak ponpes berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Depok membantu mencari solusi.
“Yang kami harapkan adalah: Wali Kota langsung turun tangan. Membongkar pagar dan memberi win-win solution (solusi yang melegakan kedua pihak),” kata Mudir Pesantren Khoirur Rooziqiin Ustad Ali Murtado.
Berikut perbatasan dari 4 penjuru mata angin dengan Ponpes Khoirur Rooziqiin yang aksesnya tertutup:
– Utara: SMPIT Darul Abidin via Jalan Karet Hijau
– Timur: Perumahan Caltex via Jalan Karya Bakti
– Selatan: SMAN 14 Depok via Jalan Buni Raya
– Barat: pemancingan rawa via Jalan Rawa Maya III
Pihak Ponpes Buka Suara
Mudir (Pimpinan) Ponpes Khoirur Rooziqiin, Ali Murtado, angkat bicara. Ia menceritakan soal tertutupnya seluruh akses ponpes.
“Sebenarnya dari pintu ini, pintu pertama kali yang kita pakai dari sisi (Jalan) Rawa Maya (sisi barat), pintu pertama kali membangun pesantren ini. Itu jelas dari awal kami menyampaikan kami hanya meminjam karena itu halaman rumah orang dilewati. Habis itu kami udah lama kan, ya udah tutup. Maka lewat SMA 14 (sisi selatan) karena saat itu lagi pembangunan, ya udah tutup lagi karena udah masuk lewat pintu ini,” kata Ali saat ditemui detikcom, Selasa (5/3/2024).
Ali berharap ada akses jalan yang memungkinkan dari sisi timur, yakni Perumahan Caltex tepatnya di Jalan Karet Hijau yang berdempetan langsung dengan ponpes. Sebab, menurutnya, sebelum ponpes dibangun, terdapat fasilitas umum (fasum) dari jalan itu.
“Tahu fasumnya dari mana? Dari site plan tahun 1977 yang kami dapatkan dari BKD Pemda. Ya memang bahasanya belum diserahkan ya tapi kan itu secara site plan itu bukan tanah rumah tapi tanah site plan jalan kan,” tuturnya.
Ali mengatakan polemik akses jalan Perumahan Caltex dan ponpes bermula pada tahun 2010. Sebelumnya tanah ponpes ini ingin dikembangkan menjadi perumahan namun tidak bisa dimanfaatkan maka menjadi tanah wakaf dan dibangunlah ponpes.
Ali mengatakan pihaknya sudah sering bermusyawarah dengan pihak Perumahan Caltex terkait pembukaan akses jalan tersebut. Namun, lanjutnya, belum ada solusi bersama.
“Setiap zaman (Perumahan Caltex) punya penolakan alasan berbeda. Dulu ‘ah itu pura-pura aja mau dijadiin perumahan berkedok pesantren’. Oke kami punya sertifikat wakafnya, nggak mungkin kan jadi sertifikat dijual kalau wakaf maka hilanglah ide itu. ‘Itu kan tanah resapan’, oke kami tunjukan tata ruangnya bahwa kami adalah area kuning itu kepadatan tinggi bukan area hijau, hilang lagi,” jelasnya.
“Itu kan jadi keramaian, sebelah sini kan ada sekolah yang katanya mereka membuat keramaian ‘Pak kami pesantren 6 bulan sekali pergerakan kami, bisa jadi kami lebih sepi dari rumah’ pergerakan santri kan 6 bulan dia libur cuma setahun 2 kali libur semester Desember atau lebaran, paling akhir bulan para wali berkunjung gitu doang,” tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya