Salah satu jurus yang sering dipakai di medan ghazwul fikri (perang pemikiran) adalah reframing. Reframing merupakan salah satu teknik dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) untuk mengubah perilaku atau emosi seseorang dengan cara mengubah perspektif. Caranya adalah dengan memandang ulang suatu peristiwa dari sudut pandang yang lebih positif atau negatif. Dengan memanipulasi persepsi seseorang, teknik ini bertujuan untuk mengubah emosi dan perilaku seseorang.
Contohnya, istilah “berani” bisa diubah menjadi “nekat”, “pede” menjadi “sombong”, “teliti” menjadi “terlalu perfeksionis”, dan sebagainya. Teknik ini tidak hanya berlaku dalam konteks bahasa, tetapi juga dalam pemahaman suatu peristiwa atau situasi.
Pentingnya reframing terletak pada kemampuannya untuk membuka pikiran kita terhadap sudut pandang yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali terjebak dalam pola pikir yang sempit dan terpaku pada satu sudut pandang saja. Reframing mengajarkan kita untuk melihat suatu masalah atau situasi dari berbagai sudut pandang yang mungkin, sehingga kita dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan menghadapi tantangan dengan lebih efektif.
Namun, reframing juga memiliki potensi untuk disalahgunakan jika tidak digunakan dengan bijak. Misalnya, mengubah istilah “pejuang mempertahankan tanah yang telah dijajah” menjadi “kelompok memberontak pihak yang berkuasa dan ingin mengkudeta” dapat merusak citra atau pemahaman suatu peristiwa yang sebenarnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan teknik ini dengan hati-hati dan bertanggung jawab.
Bagaimana kita bisa menggunakan reframing dalam kehidupan sehari-hari? Berikut adalah beberapa solusi praktis:
- Biasakan untuk mendalami fakta objek yang hendak dibahas. Jangan terburu-buru membuat kesimpulan atau mengubah persepsi tanpa memahami secara menyeluruh konteks atau informasi yang tersedia.
- Pahami cakupan dan batasan definisi suatu istilah. Sebelum mengambil kesimpulan atau mengubah makna suatu kata, pastikan kita memahami dengan jelas apa yang dimaksud dengan istilah tersebut.
- Tetapkan standar perbuatan yang dipakai sebagai pedoman. Jika kita sebagai Muslim, tentu kita menggunakan standar syariah sebagai acuan. Dengan memiliki pedoman yang jelas, kita dapat menghindari kesalahan atau penyalahgunaan teknik reframing.
Dengan menerapkan teknik reframing secara bijaksana, kita dapat mengubah cara kita memandang dunia dan menghadapi tantangan dengan lebih positif dan efektif. Oleh karena itu, mari terus belajar dan ambil peran aktif dalam berbagai pengabdian di masyarakat, sehingga kita dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Yudha Adyaksa
http://s.id/WebsiteKakYudha