Jakarta –
Mensos Tri Rismaharini (Risma) menampung keluhan dan permintaan warga di Puskesmas Kanatang, Sumba Timur, NTT. Salah satu warga, Suster Ria, mengeluhkan terbatasnya bangunan ruang untuk menampung anak penyandang disabilitas.
“Saya pemimpin panti asuhan disabilitas yang berada di Kota Waingapu, jumlah anak di panti ada 17 yang beberapa yang saya bawa dan yang empat tinggal di rumah tidak bisa berbuat apa-apa. Saya mohon kepada Ibu Menteri kalau berkenan di panti kami jumlah sekian dan perempuannya ada 13, laki ada 4, banyak sekali anak-anak Sumba Timur yang mengalami kecacatan disabilitas yang akan mau mendapat pelayanan dari kami namun kami tidak mempunyai tempat yang cukup untuk memisahkan anak putri dan anak putra karena kita bergabung bersama mereka, menjadi kesulitan putra dan putri,” kata Suster Ria kepada Risma dalam dialog di Puskesmas Kanatang, Sumba Timur, NTT, Kamis (2/4/2024).
Menanggapi hal itu, Risma mengaku akan berdiskusi dengan stakeholder terkait. Sebagai informasi, Bupati Sumba Timur Khristofel Praing juga hadir langsung dalam dialog tersebut.
“Jadi ruang, saya akan diskusi nanti sama Pak Bupati,” kata Risma.
Suster Ria juga meminta agar dilakukan pemberdayaan bagi pengasuh panti asuhan. Risma lalu memerintahkan stafnya untuk mencatat keluhan dan detail permintaan tersebut.
“Lalu, yang kedua kami bisa minta pemberdayaan bagi kami karena beberapa anak,” kata Suster Ria.
“Nanti ada staf saya yang akan datang, tolong didata, suster sebenernya bisa minta bantuan tadi saya sampaikan datanya diserahkan ke kami setiap bulan dia akan dapat bantuan, nanti yang ngolah yayasan. Tapi untuk pemberdayaan kami siap untuk membantu, tolong ada yang datangi ya temen-temen Kemensos,” kata Risma.
Selain itu, Suster Ria juga meminta bantuan kursi roda untuk satu anak panti yang tak bisa jalan. Risma mengaku akan memenuhi permintaan tersebut.
“Yang terakhir saya minta wheelchair 1 karena satu tidak bisa jalan,” pinta Suster Ria.
“Baik, kami penuhi suster. Kalau tadi yang tidak bisa gerak itu posisinya seperti apa?” tanya Risma.
“Dia sipi spastik,” jawab Suster Ria.
“Kita ada kok alat untuk sipi, jadi nanti bisa untuk tidur, dia bisa untuk duduk. Nanti akan disiapkan untuk bantu,” jawab Risma.
Salah seorang anggota tim penggerak PPK Sumba Timur, Adriana mengeluhkan soal over produksi. Risma mengatakan akan menerjunkan tim dalam rangka memberikan pelatihan untuk menambah nilai jual produk yang dihasilkan.
“Salah satu kegiatan kami adalah pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha tiga K, kebun, kandang dan kolam. Tapi satu kendala kami mungkin, kadang-kadang ada saat ini lokasi-lokasi yang produksinya over produksi yang kami temui,” kata Adriana.
“Apa itu contohnya kayak apa?” timpal Risma.
“Tomat, lombok,” jawab Adriana.
“Oke, nanti saya akan turunkan tim untuk men-training, mengolah cabe menjadi yang botol, tomat menjadi yang saus dan sebagainya, supaya nilai jualanya tambah,” timpal Risma.
Selain itu, permintaan lain yang disampaikan warga di antaranya modal usaha, bibit tanaman, perbaikan rumah, holtikultura, mesin jahit, benang tenun, mesin air, pembangunan rumah sakit jiwa, beras hingga air bersih. Risma mengatakan timnya akan melakukan pendataan dan asesmen terkait berbagai permintaan serta keluhan tersebut.
“Nanti akan ada staf saya yang asesmen,” kata Risma dalam dialog bersama warga tersebut.
(mib/dek)