Jakarta –
Forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk hutan atau United Nation Forum on Forest yang di gelar di markas PBB, New York, 6-10 Mei 2024, menyasar pada penguatan Global Forest Goals (GFG) sebagai salah satu jalan menghadapi krisis multidimensi, mulai dari bencana alam, perubahan iklim, konflik sumberdaya hingga kemiskinan. Meski demikian, sejumlah upaya menuju pencapaian target dinilai belum menunjukkan hasil yang signifikan.
“Kenyataan pahitnya adalah bahwa terlepas dari upaya terbaik yang telah kita lakukan dengan laju yang ada saat ini, kita masih berada di luar jalur untuk mencapai Global Forest Goals (GFG) pada tahun 2030,” ungkap Direktur Sekretariat UNNF, Juliette Biao Koudenoukpo.
Untuk kembali ke target, Juliette mendorong negara-negara peseta UNFF meningkatkan komitmen politik dan kemitraan dalam mendukung GFG. Kemitraan yang dimaksud diarahkan pada perbaikan kebijakan ekonomi dan sosial yang berbasis hutan.
“Kita perlu beralih dari kata-kata ke tindakan. Visi kita untuk masa depan sangat jelas, kita menginginkan dunia di mana semua jenis hutan dikelola secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?, apakah upaya penanganan hutan secara berkelanjutan berada di luar jalur rencana GFG?
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Alue Dohong angkat bicara. Ia tak menampik pendapat Direktur Sekretariat UNFF, namun memastikan bahwa Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang telah melampaui hal-hal yang ditargetkan GFG.
“Nah, saya pikir mungkin secara global begitu (pencapaian dunia soal GFG belum signifikan), tetapi bagi Indonesia sendiri, sebetulnya dari enam Forest Global Goals tersebut, kita sudah bahkan melewati (target)”, ucap Alue Dohong yang dalam UNFF tahun ini bertindak sebagai pimpinan delegasi Indonesia.
Alue memaparkan target-target yang dimaksud berkaitan dengan upaya menurunkan tingkat deforestasi dan meningkatkan pemanfaatan hutan bagi masyarakat.
“Kita bahkan sudah mampu mengurangi deforestasi sampai angka paling rendah di dalam sejarah Indonesia, yaitu 0,104 juta hektare per tahun (dari target 0,45 juta hektar yang ditargetkan GFG). Itu sudah melewati targetnya goal pertama dari Global Forest Goals ini. Kemudian terkait bagaimana akses komunitas terhadap pengelolaan hutan, lewat perhutanan sosial, kita berencana mengalokasikan 12,7 juta hektare untuk dikelola oleh masyarakat, oleh kelompok masyarakat, bahkan sekarang sudah 6,4 juta yang sudah kita hasilkan. Itu juga melewati target yang kedua,”papar Alue di jeda pertemuan peserta UNFF.
Global Forest Goals (GFG) adalah bagian dari Rencana Strategis PBB untuk Hutan di rentang tahun 2017-2030. GFG menyasar pada 6 target, yaitu:
(1) Membalikkan hilangnya tutupan hutan (deforestasi);
(2)Meningkatkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan berbasis hutan
(3)Meningkatkan secara signifikan area hutan lindung
(4)Memobilisasi sumber daya keuangan untuk memperkuat kerja sama ilmiah dan teknis dalam mengelola hutan lestari
(5)Mempromosikan kerangka kerja tata kelola untuk mengimplementasikan pengelolaan hutan lestari
(6)Meningkatkan kerja sama dan koordinasi dalam isu-isu hutan di semua tingkatan
(ids/dwia)