Gerakan Pramuka memasuki usia ke-63 di tahun 2024 ini. Bukan usia muda lagi sebagai organisasi yang selalu ditopang oleh pemerintah, bahkan bisa dikatakan bahwa pramuka adalah organisasi pemerintah.
Bagaimana tidak, seluruh struktur pemerintahan secara otomatis masuk dalam struktur organisasi yang berdiri sejak 1961 itu.
Gerakan Pramuka selalu digembar-gemborkan sebagai organisasi pendidikan karakter bagi generasi bangsa. Generasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelompok orang yang lahir dalam rentang waktu tertentu, yang seringkali membagi ciri-ciri sosial, budaya, dan teknologi yang serupa.
Pendidikan karakter yang terjadi di Gerakan Pramuka masih terlalu fokus pada peserta didik, yaitu di rentang usia 7 hingga 25 tahun, dari Siaga hingga Pandega sebagaimana tertuang penggolongannya di Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga.
Tidak banyak pendidikan karakter secara komprehensif yang ditujukan kepada para anggota dewasa sebagai kakak yang notabene menjadi contoh bagi sang adik-adiknya. Keseimbangan pendidikan karakter ini tentu perlu diperhatikan bagi pemangku kebijakan dalam Gerakan Pramuka.
Tidak bisa dipungkiri, para pejabat di Gerakan Pramuka belum tentu pernah merasakan pendidikan karakter yang sebenarnya saat dia di usia peserta didik. Ini menjadi hal yang patut untuk dipertimbangkan.
Mungkin memang berbeda bagi mereka yang berkarir di Gerakan Pramuka, mulai dari peserta didik, pembantu pembina, pembina, pelatih pembina, dan mencapai puncaknya. Namun, kita tidak bisa bantah, banyak orang yang tiba-tiba pramuka.
Pengurus Kwartir tidak semua punya pengetahuan tentang pendidikan kepramukaan secara utuh. Bahkan, mungkin ada juga yang hanya dicantumkan namanya saja dan mengenakan seragam ketika ada kegiatan.
Karakter bisa dicetak, tapi karakter juga bisa berubah. Sehingga pendidikan karakter itu tidak hanya berhenti di peserta didik. Banyak contoh, karakter para pembina pramuka atau pelatih pembina pramuka yang kuat. Tetapi tidak sedikit pula karakter mereka yang sudah pudar dari nilai-nilai kepramukaan.
Banyak contoh kasus oknum pembina pramuka melakukan pelecehan, kriminal, bahkan tindak pidana yang bersangkutan dengan hukum. Itu pembina, yang secara fundamental pendidikan karakternya seharusnya tidak diragukan lagi.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang bukan pembina? Bukan Pelatih? Para pengurus yang mungkin secara organisasi sebagai penggerak, pemikir, perencana, namun tidak punya fundamental Gerakan Pramuka?
Wajar, dalam setiap kegiatan kepramukaan yang melibatkan anggota dewasa juga selalu diawali dengan materi Fundamental Gerakan Pramuka. Namun demikian, tentu tidak serta merta materinya disamaratakan, harus disesuaikan.
Ketika para pengurus kwartir atau sekelompok pembina, atau pelatih menyampaikan bahwa kegiatan kepramukaan untuk mendidikan karakter generasi, tentu hal itu harus sepadan, apakah mereka karakternya sudah sesuai dengan visi misi, dan tujuan besar Gerakan Pramuka.
Apabila masih sebatas retorika, tentunya hal ini perlu terus dilakukan perbaikan. Menyeimbangkan pendidikan karakter anggota muda dan anggota dewasa di Gerakan Pramuka.
— Redaksi