Cuaca panas hingga pecahkan rekor suhu tertinggi di negara tetangga RI, ini penjelasannya.
MALANG – Fenomena cuaca panas yang terjadi di wilayah beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Malang Raya disebabkan pertumbuhan awan yang sangat minim. Hal ini berdasarkan analisis dan penelitian dari akademisi Universitas Brawijaya (UB), Prof Adi Susilo.
Guru besar Geofisika Universitas Brawijaya Prof Adi Susilo menyatakan, minimnya pertumbuhan awan mempengaruhi frekuensi sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi dan manusia, tanpa halangan apapin. Hal ini berlaku cukup lama. Menurut perhitungan, fenomena ini akan berlangsung hingga Oktober.
“Tapi bukan berarti di musim panas ini, anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan, tetap ada potensi terjadi hujan. Namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya,” ucap Prof Adi Susilo, melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (28/5/2024).
Cuaca panas yang ekstrem disebut Prof Adi juga tengah melanda negara-negara di ASEAN atau negara di Asia Tenggara. Bahkan di beberapa negara Asia, suhu panas meningkat drastis, terutama daerah-daerah perkotaan sangat merasakan dampaknya.
“Pada akhir bulan April kemarin, Kota Manila, yang merupakan wilayah metropolitan di Filipina dengan populasi lebih dari 14 juta jiwa, menyentuh suhu di angka 38,8 derajat Celsius yang mana merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah mereka,” kata pria yang juga pakar kegempaan dan geofisika ini.
Pada 22 April, suhu panas yang tinggi juga terjadi di Bangladesh. Suhu di Bangladesh mencapai 43 derajat Celcius. Ini mengakibatkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar di sana. Di bulan yang sama, Laos juga mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa, dengan suhu udara mencapai 43,2 derajat Celsius.
“Di Thailand dampak yang ditimbulkan sudah sangat serius, terdapat sebanyak 61 orang tewas, akibat heatstroke yang ditimbulkan karena suhu panas yang menyentuh angka 52 derajat Celcius,” tuturnya.