Jakarta –
Dua orang pelaku tawuran antar-gangster di Kampung Bandan, Jakarta Utara, ditangkap polisi. Salah satu anggota gangster mengalami luka bacok akibat tawuran tersebut.
Kapolsek Pademangan Kompol Binsar Hatorangan mengungkap kedua kelompok menjadikan tawuran sebagai ajang untuk membuktikan ‘jagoan’, yang mana hal ini sangat disesalkan.
“Hasil penyidikan kami motif mereka pada dasarnya, tidak ada masalah. Hanya pembuktian diri, ingin gagah-gagahan, dan siapa yang lebih jago,” kata Kompol Binsar Hatorangan kepada wartawan di Polsek Pademangan, Jumat (31/5/2024).
Tawuran itu terjadi di perempatan Alexis, Kampung Bandan, Pademangan, Jakarta Utara, pada 1 Mei 2024. Salah seorang anggota kelompok gangster ‘Utara 90’, IN alias Bolang terluka dalam aksi tawuran ini.
“Dari tawuran tersebut, satu orang korban dari kelompok Utara Keras 90 dengan luka yang cukup serius di bagian belakang luka bacok 35 jahitan, kemudian luka bacok pada tangan kanan dan kiri, kemudian juga luka di pelipis kanan,” lanjut dia.
Dalam kasus ini, polisi menetapkan enam tersangka. Dua tersangka sudah ditangkap, sedangkan empat lainnya berstatus buron.
“Kami menetapkan enam orang tersangka, sudah kami tangkap dua orang, yakni AWS (18) dan anak berhadapan dengan hukum (ABH) berinisial MR (17). Untuk empat orang DPO inisial AL, S, ABH, dan F sudah kami identifikasi keberadaannya dan sedang kami lakukan pengejaran,” jelas Kompol Binsar.
Barang bukti yang disita polisi antara lain celurit, pedang samurai, hingga stik golf. Beberapa barang bukti didapatkan dari kediaman AWS dan jatuh saat tawuran.
Lebih lanjut Binsar mengimbau masyarakat untuk menjaga anak-anaknya dari perilaku tawuran. Ini sebagai langkah preventif agar aksi tawuran di Jakut tidak terjadi lagi.
“Jadi, terutama untuk orang tua, kapasitas kita sebagai anggota kepolisian, kita sudah melakukan kegiatan maksimal, baik anggota berseragam maupun patroli, kemudian sambang, dari anggota yang tidak berseragam melakukan ring serse,” katanya.
“Kami lakukan maksimal, namun kadang kala keterbatasan anggota memiliki celah baik celah waktu, atau tempat yang tidak bisa ter-backup semuanya. Terpenting di sini peran serta dari lingkungan masyarakat, peduli terhadap keamanan sekitarnya, kemudian kedua lingkungan terdekat dari pelaku maupun korban yakni keluarga, harus benar-benar mengecek keadaan anaknya. Di atas jam 10 kondisi bagaimana, dan sedang berada di mana,” lanjutnya.
Dia meminta orang tua selalu mengecek anak-anak ketika masuk malam hari. Pasalnya, waktu tengah malam adalah waktu yang rawan terjadinya tawuran.
“Kedua kita harus sebagai orang tua selalu cek bagaimana pergaulan anak kita. Karena bisa dipastikan juga tidak semua korban pelaku ini benar-benar real sebagai pemain atau pelaku langsung, kadang dia anggota masyarakat diajak ikut serta abang-abangan,” katanya.
“Abang-abangan ini lebih tua, mengajak mereka turut serta, di situlah mereka menjadi kelompok rentan yang lebih mudah jadi korban dalam bentrokan ini,” ungkapnya.
(mea/mea)