Jakarta –
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab kualitas udara di Jakarta buruk kemarin. BMKG menyebut ada tiga faktor yang membuat kualitas udara di Jakarta memburuk.
“Berdasarkan windrose pada tanggal 18 Juni 2024, angin di wilayah Kemayoran didominasi dari utara dengan kecepatan angin dari 0 sampai 16 knot, dan kecepatan angin calm sebesar 43,8%. Kecepatan angin yang rendah di Jakarta berimbas pada stagnasi kecepatan udara sehingga polutan di udara akan terakumulasi,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan kepada wartawan, Rabu (19/6/2024).
Ardhasena mengatakan akumulasi polutan juga dipengaruhi faktor berkurangnya curah hujan. Sehingga, kata Ardhasena, hal itu menyebabkan memburuknya kualitas udara di Jakarta akhir-akhir ini.
“Selain faktor angin permukaan, PM 2,5 juga dipengaruhi oleh faktor curah hujan yang semakin menurun intensitasnya untuk meluruhkan polutan di udara sehingga menyebabkan memburuknya kualitas udara di Jakarta akhir akhir ini,” ujarnya.
Tak hanya itu, ada faktor lain yang menyebabkan tingginya polusi yakni lapisan inversi. BMKG mencatat data radiosonde pada pagi kemarin di Jakarta terlihat adanya lapisan inversi sekitar ketinggian 1.500-2.000 m yang membuat polutan terperangkap.
“Kontributor lainnya terhadap tingginya konsentrasi polutan adalah adanya lapisan inversi. Data radiosonde pada pukul 07.00 WIB tanggal 18 Juni 2024 di Jakarta terlihat adanya lapisan inversi sekitar ketinggian 1.500-2.000 m sehingga dapat memberikan dampak terhadap terperangkapnya polutan di ketinggian tersebut dan tingginya konsentrasi partikulat di permukaan pada pagi hari,” ujar Ardhasena.
Dari pantauan BMKG, kondisi udara Jakarta dalam beberapa hari terakhir berada pada kategori baik hingga tidak sehat. Pada Selasa 18 Juni kemarin, kondisi udara Jakarta berada pada kategori tidak sehat dengan konsentrasi PM 2,5 per jam.
“Berdasarkan data pemantauan BMKG Kondisi kualitas udara Jakarta dalam beberapa hari terakhir berada pada kategori Baik hingga Tidak Sehat dengan konsentrasi berkisar antara 20-120 mg/m3. Pada hari Selasa, 18 Juni 2024, konsentrasi PM 2,5 per jam berada pada kategori tidak sehat,” ujarnya.
Polusi Udara Jakarta Paling Tinggi di Dunia Kemarin
Seperti diketahui. situs IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia pagi kemarin. IQ Air menyatakan kualitas udara di Jakarta tidak sehat.
Dilihat dari situs IQ Air, Selasa (18/6), indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 194 atau tidak sehat. Polutan utamanya ialah PM 2,5.
“Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 23,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” demikian tertulis dalam situs IQ Air.
Data yang digunakan IQ Air ini berasal dari sejumlah kontributor, mulai KLHK, BMKG, US Department of State, hingga sejumlah perusahaan swasta.
(whn/haf)