Produk tersebut diklaim sebagai inovasi anak bangsa yang siap menantang dominasi BBM eksisting.
Merespon hal ini meski tidak menyoroti nama merek secara spesifik, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman, mengapresiasi inovasi yang dilakukan dalam pengembangan energi.
Namun, ia menegaskan produk tersebut harus melewati berbagai teknis yang ada untuk bisa dipasarkan di dalam negeri.
“Saya tidak berani menyebut nama dan lain-lain, tapi tidak mengurangi apresiasi saya terhadap inovasi anak bangsa. Tapi seperti yang saya jelaskan, untuk menguji suatu BBM lalu menjadi bahan bakar, itu minimal delapan bulan, baru kita putuskan apakah ini layak atau tidak,” kata Laode dikutip Sabtu, 8 November 2025.
Laode juga meluruskan kabar yang menyebut Bobibos telah mendapatkan sertifikasi dari Lemigas. Menurutnya, produk tersebut baru sampai tahap pengajuan uji laboratorium.
“Kalau minta uji berarti kan hasilnya laporan hasil uji, bukan sertifikasi ya. Ini saya perlu luruskan, biar tidak terjadi simpang siur. Kemarin saya juga dapat, oh sudah disertifikasi. Saya luruskan di sini bahwa ini belum disertifikasi,” ujarnya.
Ia menegaskan, proses legal untuk mengesahkan suatu BBM hingga dapat dijual ke masyarakat harus melalui tahapan yang ditetapkan pemerintah agar inovasi BBM baru dapat masuk ke pasar secara resmi.
Ia mencontohkan, sebelumnya juga ada inovasi BBM dari plastik yang mencuat ke publik. Namun, semua produk harus mengikuti prosedur.
“Ada juga kan dari plastik pernah tuh. Seperti ini banyak, tapi kita tidak ingin menanggapi satu per satulah. Saya ingin menyampaikan prosedur legal bagaimana suatu BBM tersebut disahkan oleh pemerintah untuk menjadi bahan bakar resmi,” tutur Laode.
Adapun Bobibos merupakan singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! BBN yang dikembangkan oleh PT Inti Sinergi Formula (Sultan Sinergi Indonesia Group) ini diciptakan melalui riset panjang selama 1 dekade oleh Founder Bobibos M. Ikhlas Thamrin bersama tim.
Bobibos diluncurkan di Bumi Sultan Jonggol, Kabupaten Bogor pada Minggu 2 November 2025. Produk itu disebut berasal dari tanaman yang mudah tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan.
Ikshan mengatakan hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa bahan bakar Bobibos memiliki RON mendekati 98, dengan performa yang mampu menempuh jarak lebih jauh dibandingkan bahan bakar solar konvensional, dengan harga yang lebih murah.
“Karena ini menyangkut kepentingan banyak orang, Bobibos sedang dalam proses koordinasi dengan pemerintah agar sesuai regulasi sebelum diproduksi massal dan dijual bebas. Kami berkomitmen menghadirkan solusi energi rakyat: harga terjangkau, kurangi polusi, kurangi impor, dan manfaat langsung untuk masyarakat Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi.

