Jakarta –
Cagub Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK), mengaku sempat mendapat tawaran untuk menjadi calon gubernur Jakarta saat masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Namun RK tidak merinci perihal tawaran tersebut.
“Nah, 2016 saat saya masih Wali Kota Bandung, Pak Pendeta. Saya itu disuruh nyalon Gubernur DKI juga, waktu itu lawan Pak Ahok. Dipanggil saya Pak sore hari. ‘Kang Emil, Anda Wali Kota Bandung, survei lumayan, partai siap, logistik siap, tolong nyalon di Jakarta’. Itu jam 4 sore. Tolong jawab paling telat jam 8 malam, kira-kira begitu,” terang RK saat berkunjung ke Praeses HKBP Distrik VIII Jakarta, Jumat (11/10/2024).
RK mengatakan saat itu dirinya merasa gembira atas penawaran tersebut. Dia juga mengungkap telah memberi kabar perihal penawaran ini kepada sahabat, termasuk ke ibunda.
“Saya telpon Ibu saya kan mengabarkan DKI juga waktu itu. Apa kata Ibu saya? Tidak boleh. Hah? Saya memanggil dia Mama ya. Gimana ini? Mama tidak mau punya anak yang tidak selesai dalam tugasnya. Kamu kan belum beres jadi Wali Kota Bandung, kamu harus tuntas. Kamu sudah bersumpah 5 tahun beres kan? Iya. Mama tidak izinkan. Mama tidak ridai. Semua mendukung 99%, kecuali satu orang namanya Ibu saya Pak. Bingung saya Bu,” ujar RK.
Usai tak dapat restu, RK mengaku langsung menolak terhadap tawaran untuk menjadi Gubernur Jakarta saat itu. Dia mengatakan sejak saat itu melupakan keinginan menjadi Gubernur Jakarta.
“Waktu sudah jam 6 kan. Antara saya ambil ikuti, maaf ya, nafsu saya. Tapi melupakan nasihat Ibu saya. Saya ikuti Ibu saya. Forget it lah gitu ya. Sebuah peluang yang orang jarang dapat Pak kan begitu. Nah menjelang jam 7, keluarlah inspirasi ayat tadi Pak. Tidak datang rida Tuhan tanpa dimulai rida orang tua Pak. Daripada kualat kan,” ujar RK.
“Akhirnya saya ambil dengan berat hati Pak. Saya lapor partai. Mohon ijin, Bapak A B C, terima kasih atas tawarannya. Tapi saya tidak bisa. Saya akan lanjutkan dulu kemimpinan di Bandung. Waktu saya telepon Ibu saya, Ibu saya bilang gitu. Di akhirnya dengan kalimat, nanti urusan Jakarta anakku akan datang sendiri di waktu yang tepat. Itu 2016 ya. Saya tolak Bu. Sudah saya lupakan,” terangnya.
Dia juga sekaligus menjelaskan penolakan darinya atas ajakan dari partai membuat mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan bisa tampil dalam kontestasi.
“Seminggu setelah saya menolak, barulah partai-partai itu mencari Pak Anies. Jadi takdirnya Pak Anies Baswedan jadi gubernur itu, ada rangkaian takdir-takdir orang lain yang menyertai. Tidak semerta-merta seperti yang kita baca ya. Karena salah satunya saya tidak jadi,” imbuhnya.
(dnu/dnu)