Jakarta –
Militer Israel menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di markas United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) dan melukai dua personel TNI. Adapun UNIFIL awalnya dibentuk demi memulihkan perdamaian di Lebanon.
Dikutip dari laman PBB, UNIFIL dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada Maret 1978 untuk memastikan proses penarikan militer Israel dari Lebanon.
UNIFIL dibentuk untuk memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Pasukan ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Lebanon dalam memulihkan otoritas efektifnya di wilayah tersebut. Mandat tersebut harus mengalami penyesuaian dua kali karena perkembangan pada 1982 dan 2000.
Setelah krisis pada Juli atau Agustus 2006, Dewan Keamanan PBB meningkatkan kekuatan Pasukan dan memutuskan bahwa selain mandat awal, Dewan Keamanan PBB akan melakukan sejumlah tindakan. Beberapa di antaranya adalah memantau penghentian permusuhan; menemani dan mendukung angkatan bersenjata Lebanon saat mereka ditempatkan di seluruh wilayah selatan Lebanon; serta memperluas bantuannya untuk membantu memastikan akses kemanusiaan terhadap penduduk sipil dan pemulangan pengungsi secara sukarela dan aman.
UNIFIL memiliki sekitar 10.500 penjaga perdamaian yang berasal dari 50 negara penyumbang pasukan.
Misi UNIFIL ialah mempertahankan tingkat intensif kegiatan operasional dan lainnya sebanyak sekitar 14.500 kegiatan per bulan, siang dan malam, di wilayah operasi. Tujuh belas persen kegiatan dilakukan bersama dengan Angkatan Bersenjata Lebanon. UNIFIL dilengkapi dengan Satuan Tugas Maritim yang terdiri atas lima kapal.
Selain itu, ada 10 negara yang paling berkontribusi pada pasukan UNIFIL, yakni Indonesia, India, Ghana, Nepal, Italia, Malaysia, Spanyol, Prancis, China, dan Irlandia.
Israel Serang Pasukan UNIFIL
Sebelumnya, militer Israel menyerang Markas Besar Pasukan Perdamaian PBB (UNIFIL) di Naqoura, Lebanon. Dua prajurit TNI yang bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB terluka akibat serangan itu.
UNIFIL menyatakan eskalasi di sepanjang Garis Biru (Blue Line) menyebabkan kerusakan luas di kota-kota dan desa-desa di Lebanon selatan. Garis Biru ialah garis pemisah Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan.
UNIFIL menyampaikan Tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terlibat bentrok dengan Hizbullah di darat di Lebanon. Markas besar UNIFIL Naqoura dan posisi-posisi di dekatnya juga berulang kali diserang.
Sementara itu, Indonesia turut merespons serangan ini. Presiden Jokowi mengatakan keadaan perang memang seperti itu.
“Memang keadaannya dalam perang seperti itu,” kata Jokowi kepada wartawan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Jumat (11/10/2024).
Jokowi mengatakan dua prajurit TNI tersebut mengalami luka ringan. Dia mengatakan perlu berhati-hati dalam medan pertempuran. “Jadi kalau ada yang terkena, luka ringan ya itu yang perlu kita semua hati-hati, terutama yang ada di sana,” tuturnya.
Pemerintah RI Mengutuk
Indonesia juga mengutuk keras serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, yang melukai dua personel TNI. Indonesia menilai serangan tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
“Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan IDF (tentara Israel) di Lebanon Selatan yang melukai dua personel pasukan penjaga perdamaian PBB asal Indonesia,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dalam sebuah pernyataan, Kamis (10/10).
“Indonesia menegaskan serangan apa pun terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional dan Resolusi DK PBB 1701 sebagai dasar mandat UNIFIL,” imbuhnya.
(rdp/imk)