Jakarta –
Ahil psikologi forensik, Reza Indragiri menilai pembunuhan disertai mutilasi yang dilakukan Fauzan Fahmi (43) kepada wanita SH (40), yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di Danau Muara Baru, Jakarta Utara (Jakut), lantaran pelaku ingin menghilangkan jejak. Reza menyebut meski mutilasi terkesan mengerikan dan berdarah dingin, namun tindakan tersebut didasari pelaku yang tak ingin kejahatannya terbongkar aparat penegak hukum.
“Aksi mutilasi memang memunculkan bayangan mengerikan, seketika kita berimajinasi tentang kekejian darah dingin. Tapi mutilasi sesungguhnya hanya misi kedua (dari tindak) kejahatan, yakni cara untuk menghindari proses hukum dengan membuat korban tidak bisa dikenali,” kata Reza saat dihubungi, Kamis (31/10/2024).
Menurut Reza, dalam kasus mutilasi wanita tanpa kepala di Jakut, Fauzan memiliki keterbatasan pengetahuan soal cara kerja polisi dalam mengungkap kasus pembunuhan. Fauzan, kata Reza, merasa pihak kepolisian akan kesulitan mengidentifikasi korban bila kepala korban tak ada.
“Tapi mungkin pemikiran pelaku tidak sampai pada pengetahuan bahwa identitas korban juga bisa diidentifikasi lewat selain muka (kepala). Dengan keterbatasan itu, pelaku sebatas berupaya menghilangkan kepala korban,” katanya.
Menurut Reza, polisi harus fokus terhadap dua hal dalam mengusut kasus mutilasi ini. Pertama, polisi harus mengetahui pasti penyebab dari kematian korban.
“Polisi tetap perlu lebih berfokus pada dua hal. Pertama, memastikan penyebab kematian korban. Bisa akibat pembunuhan, bisa akibat penganiayaan yang membuat orang tewas, bisa kelalaian, dan lain-lain. Di situlah letak misi pertama pelaku,” jelas Reza.
“Jadi, walau mutilasi mengindikasikan kesadisan, tapi penyebab kematian belum tentu sebanding dengan kengerian mutilasinya,” sambungnya.
Reza menilai tindakan mutilasi acap kali bisa menjadi representasi terhadap kemarahan pelaku. Namun, jika cara itu dijadikan pelaku sebagai upaya dalam menghilangkan jejak kriminal, sambung Reza, mutilasi bisa menjadi wujud dari ketenangan pelaku dalam menghabisi nyawa korbannya.
“Tapi apakah mutilasi itu pasti mencerminkan gelegak amarah pelaku? Ya, jika dia merasa bahwa menghabisi korban masih belum melegakan sehingga harus disusul dengan mencacah-cacah tubuh korban. Tapi jika pelaku berpikir tentang misi dua kejahatan, maka semestinya mutilasi lebih dipahami sebagai wujud ketenangan pelaku,” papar Reza.
Sebelumnya polisi mengungkap hubungan Fauzan Fahmi (43) dan wanita SH (40), yakni teman dekat. Poloisi belum merinci lebih jauh hubungan di antara keduanya.
“FF ini merupakan teman dekat korban,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan.
Ade Ary menyebutkan saat ini pihak kepolisian masih melakukan pendalaman, termasuk mencari tahu motif pembunuhan yang dilakukan Fauzan. Untuk diketahui jasad SH ditemukan tanpa kepala di Danau Muara Baru, Jakarta Utara, pada Selasa (29/10), pukul 10.00 WIB.
Korban ditemukan dalam kondisi tanpa kepala dan badan dibungkus karung, selimut, hingga kardus. Penyelidikan berlanjut dan kepala korban ditemukan pada hari yang sama di semak belukar perumahan kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Polisi mengungkap badan dan kepala korban ditemukan terpisah dengan jarak 600 meter.
(ygs/aud)