Jakarta –
Melalui Yayasan Gracia Hati, Aipda Nikodemus Dubu dan istrinya yang juga anggota Polri, Bripka Ristiani Densy Doko, membantu anak-anak di Kelurahan Ledak, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terdapat panti asuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis di dalam yayasan itu.
Anak-anak yang kurang mampu, bisa mengenyam pendidikan di sana. Yayasan itu mulai dibangun sejak taun 2019 lalu. PAUD di sana sendiri telah memasuki tahun ajaran kedua. Setiap tahunnya, anak-anak yang belajar di sana terus bertambah.
Hal itu yang membuatnya diusulkan menjadi kandidat Hoegeng Awards 2023 oleh warga Atambua Selatan bernama Fridus Yansen melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023. Dia mengatakan bahwa mulanya, polisi yang bertugas sebagai anggota Satreskrim Polres Belu itu membangun yayasan sebagai bentuk ketaatannya kepada tuhan.
“Atas dasar itu mereka berdua dalam agama Kristen, punya semacam kerinduan untuk melayani gitu dalam hal rohani. Kemudian hal fisiknya dalam bentuk panti asuhan itu,” kata Yansen saat dihubungi detikcom, Kamis (6/4/2023).
Menurutnya, pertama-tama hanya ada panti asuhan di yayasan itu. Seiring berjalannya waktu, dia membuka PAUD yang bisa diakses masyarakat secara gratis. Keduanya masih berjalan hingga saat ini.
“Semuanya berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Menurut Yansen, yayasan itu sempat goyah saat pandemi COVID-19 melanda. Namun karena keteguhan Aipda Nikodemus beserta istrinya, dia mengupayakan agar yayasan tetap beroperasi.
Terdapat pula bantuan dari para donatur yang peduli terhadap yayasan itu. Dibanding 2019 lalu, yayasan itu menurut Yansen sudah jauh berkembang.
“Operasional juga ditanggulangi ada juga bantuan donasi dari pihak. Itu membuat yayasan ini bisa bertahan dan berkembang sedikit demi sedikit,” tuturnya.
Yansen mengatakan anak-anak yang bersekolah di PAUD itu kebanyakan berasal dari warga sekitar. Sementara untuk anak-anak di panti asuhan yang didaftarkan, tidak semuanya tinggal di sana.
Foto: dok Aipda Nikodemus
|
Ada juga anak-anak dari pusat kota yang belajar di sana. Yansen mengatakan Aipda Nikodemus tidak membatasi siapa saja yang hendak belajar di PAUD miliknya.
“Kalau panti asuhan sendiri banyak yang dari luar, karena memang panti asuhannya letaknya dalam kota ya. Jadi kebanyakan anak-anak di kota jarang bisa dapatkan seperti itu,” ucapnya.
Yansen mengatakan bahwa lokasi yayasan itu tak jauh dari perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, hanya sekitar dua sampai tiga kilometer. Dia tak melihat ada kendala yang berarti di yayasan itu, selain dari biaya operasional.
“Jadi minimnya itu, artinya operasional pas-pasan saja. Untuk pengembangannya memang masih dalam usaha. Misalnya lewat donasi, lewat media sosial, untuk kita menyuarakan yayasan ini. Karena ini kan non-profit, kita tidak tanggung-tanggung mengajak teman-teman dari yang terdekat dulu,” imbuhnya.
Kesaksian Kepala Sekolah PAUD
Kepala Sekolah PAUD, Adel, turut memberi kesaksian terkait perjuangan Aipda Nikodemus memberi pendidikan ke anak-anak di sana. Dia sendiri baru sekitar satu tahun menjadi bagian dari PAUD itu.
“Di PAUD itu sendiri mereka tidak memungut biaya. Anak-anak sekolah dengan gratis, baik dari administrasi, apapun,” kata Adel.
Ada lima orang termasuk guru dan petugas administrasi yang bekerja di PAUD itu. Mereka semua mendapatkan gaji atas pekerjaan yang dilakukannya.
Menurut Adel, masyarakat di sekitar merasa sangat terbantu dengan kehadiran PAUD gratis itu. Terlebih bagi orangtua dari anak-anak yang tidak mampu.
Sebab, sekitar 80 persen siswa di sana berasal dari masyarakat di sekitar PAUD. Selebihnya, anak-anak yang berasal dari pusat kota.
“Masyarakat sendiri merasa terbantu. Karena di tengah-tengah situasi seperti ini, tidak ada sekolah dikasih gratis. Tapi untuk PAUD kita sendiri tidak dipungut biaya. Jadi memang pernah mengatakan ke kita guru-guru bahwa mereka sangat bersyukur, ada orang yang mau berbagi ke orang-orang yang tidak mampu,” jelasnya.
Adel menceritakan pembelajaran yang ada di PAUD itu. Anak-anak belajar selama empat hari dalam seminggu, dimana setiap harinya mereka belajar selama dua jam.
“Belajar dari Senin sampai hari Kamis. Waktunya berlangsung dari jam 08.00-10.00 WITA. Hari Senin sampai Rabu, kita KBM artinya belajar tentang materi. Kamisnya, kita masuk dengan olahraga dan permainan yang bisa merangsang anak-anak bertumbuh dan berkembang,” tuturnya.
Untuk seragam dan perlengkapan sekolah, anak-anak juga diberi gratis. Anak-anak yang tergabung di PAUD itu terdiri dari beragam usia mulai dari dua sampai lima tahun.
“Sejauh ini kendala yang kita alami sih belum ada. Karena semua proses dari administrasi dari operasional semua masih berjalan lancar,” sebutnya.
Foto: dok Aipda Nikodemus
|
Alasan Mendirikan Yayasan
Dihubungi terpisah, Aipda Nikodemus bercerita alasannya membangun yayasan itu. Pada tahun 2017 lalu, istrinya melahirkan anak ketiga.
Saat itu, istrinya mengalami pendarahan. Dia sudah pasrah dengan kondisi saat itu. Dia hanya bisa berdoa agar istrinya bisa segera kembali pulih.
“Setelah itu puji tuhan, istri saya bisa pulih dan bisa sampai normal kembali,” kata Aipda Nikodemus.
Setelah kejadian itu, dia bersama istri benar-benar merasa bersyukur kepada tuhan. Mereka lalu merenungkan kehidupanya selama ini.
Mereka mulai berpikir untuk memberi kepada sesama. Hingga mulanya, mereka berbagi kepada warga di sekitar kediamannya. Namun, Aipda Nikodemus merasa kegiatannya itu perlu dilakukan secara berlanjut.
“Jadi kita coba berkunjung ke panti asuhan, ke anak-anak yatim, dan ada beberapa panti yang kita kunjungi, kita cari tahu gimana cara mendirikan atau membuat yayasan,” paparnya.
Baru pada tahun 2019, dia bersama sang istri sepakat membuat yayasan itu. Selain panti asuhan dan PAUD gratis, Aipda Nikodemus kini mulai mengembangkan koperasi untuk membantu kesejahteraan pegawai di yayasan itu.
“Saya sudah sampaikan di guru dan staf yayasan, saya tidak mampu memberi gaji standar UMR, tetapi mudah-mudahan dengan adanya koperasi ini, kebutuhan sembako, lain-lain dari staf yayasan atau pengurus sudah bisa saya bantu,” jelasnya.
Sempat Merasa Ragu
Saat pandemi COVID-19 melanda, dia sempat ragu yayasannya bisa berjalan. Namun dia bersama istrinya meyakinkan diri, bahwa membangun yayasan itu merupakan janjinya kepada tuhan.
“Kita berdoa saja bisa melewati COVID-19 dan bisa selesai. Ternyata puji tuhan akhir 2020 sudah selesai,” tuturnya.
Hingga akhirnya, yayasan bisa kembali bangkit dan mulai beroperasi pada tahun 2021. Terdapat 20 anak di angkatan pertama saat PAUD itu dibuka.
“Angkatan kedua ada 35 anak,” sebutnya.
Sementara itu, ada 67 anak yang terdaftar di panti asuhan Yayasan Gracia Hati. Namun, tidak semua anak yang terdaftar itu tinggal di panti asuhan.
“Karena neneknya, saudaranya, masih ada. Jadi kita hanya pas hari Sabtu Minggu, kita berkunjung, kita bawa kebutuhan sembako dan seragam,” imbuhnya.
Sumber Dana Yayasan
Untuk biaya operasional dan membangun yayasan, Aipda Nikodemus dan istrinya menyisihkan sebagian gajinya sebagai polisi. Selain itu, ada sejumlah donatur yang membantu membuat yayasan itu tetap beroperasi.
Selain itu, ada usaha indekos 19 pintu yang dimiliki oleh Aipda Nikodemus. Usaha itu yang juga menopangnya untuk mengoperasionalkan Yayasan Gracia Hati.
“Kalau donatur tetap belum ada, spontanitas kayak mungkin dari teman di kantor nyumbang beras,” ucapnya.
Aipda Nikodemus juga beberapa kali mengunggah aktivitas yayasannya di media sosial. Gayung bersambut, ada sejumlah orang yang meresponsnya dengan menawarkan sejumlah bantuan.
Biasanya, donasi yang datang berupa sembako dan barang-barang kebutuhan harian. Aipda Nikodemus terbuka luas bagi masyarakat yang ingin berdonasi untuk yayasannya.
Namun, dia tidak ingin selalu bergantung kepada donatur. Dia tetap ingin berusaha secara mandiri bisa menghidupi yayasan itu.
“Jadi bukan hanya kita saja, tapi dari donatur yang datang berbagi lihat sendiri. Saya bilang silakan kalau mau datang,” ucapnya.
Setiap bulannya, Aipda Nikodemus menghabiskan dana sekitar Rp 4,6 juta untuk biaya operasional yayasan itu. Dengan rincian Rp 2,6 juta untuk gaji petugas di PAUD, serta Rp 2 juta untuk biaya operasional lainnya di yayasan dan panti asuhan.
(rdh/fjp)